Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Bagaimana agar Anak Tidak Di-bully?

11 Februari 2017   20:52 Diperbarui: 12 Februari 2017   10:42 1922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Suatu hari, seorang ayah mengeluhkan anaknya kelas 6 SD yang di-bully oleh teman sekelasnya. Beliau sampai meminta perhatian wali kelas dan wali murid lainnya agar ikut turun tangan menangani anaknya yang berkali-kali di-bully oleh orang yang sama. Sang anak sampai mogok sekolah, bahkan minta pindah sekolah karena sudah tidak tahan. Akhirnya yang ribut adalah sesama orangtua. Tidak terima anaknya di-bully dan ada pula yang tidak terima anaknya dituduh mem-bully.

Mungkin di antara Anda ada juga yang pernah mengalami atau mendengar kasus sejenis. Bullying anak adalah sebuah tindakan olok-olok yang mengancam anak dan dapat merugikan. Bullying ini biasanya dilakukan berulang kali. Bullying bisa terjadi dalam bentuk fisik, yaitu pemukulan, atau bentuk nonfisik, seperti penghinaan. Bahkan, kini berkembang juga cyber-bullying, yaitu tindak bullying yang dilakukan di dunia maya, misalnya dengan menuliskan komentar-komentar mengejek di akun media sosial anak, apalagi jika anak ini memang banyak pengikutnya di media sosial.

Setiap orang tua, tentunya khawatir akan tindak bullying apalagi jika itu menimpa anak kita. Seperti halnya kisah seorang ayah di atas. Beliau sampai emosi sehingga melampiaskan kemarahannya. Wajar saja beliau emosi, karena bullying memiliki dampak serius, seperti membuat anak hilang kepercayaan diri, frustrasi, bahkan mungkin memiliki kecenderungan untuk balas dendam, atau yang lebih parah menyakiti diri sendiri, dan bisa bunuh diri.

Di luar negeri seperti Amerika, Jepang dan Australia, sejumlah korban bullying memilih bunuh diri karena frustrasi tak menemukan jalan keluar. Mereka kebanyakan adalah korrban cyber bully. Mereka aktif menjadi pengguna media sosial yang dikomentari negatif oleh pengikutnya namun tak tahan secara mental dan emosional. Rentang anak yang memilih bunuh diri karena bully berusia 7 – 16 tahun. Ini berarti masih usia SD sampai dengan SMA.

Lalu anak yang seperti apa sih yang rentan di-bully? Betulkah anak-anak yang pendiam, kurang gaul, dan punya kekurangan fisik/inteletual/material saja yang di-bully? Ternyata tidak. Anak-anak cerdas, anak yang secara fisik sangat baik, anak-anak yang punya bakat luar biasa, anak yang orangtuanya kaya, malah kerap jadi sasaran bully di sekolah.

Jadi, simpulannya anak yang berpotensi di-bully itu adalah anak yang menonjol di sekolah. Entah itu karena dia terlalu pendiam, aneh dan tidak mau bergaul atau anak yang luar biasa prestasinya, fisiknya, materinya dan inteletualnya. Pokoknya, anak yang dirasakan berbeda atau menonjol di lingkungannya.

Terus bagaimana dong biar tidak di-bully? Setiap di-bully pindah sekolah? Apakah anak kita disuruh diam saja di rumah? Anak jangan dibiarkan terlalu menonjol? No... bukan itu solusinya. Anak kita justru harus didukung untuk bisa mencapai kemampuan terbaiknya. Menggunakan seluruh potensi kecerdasannya dan berprestasi dengan baik. Namun yang sering dilupakan orangtua adalah mengasah kecerdasan interpersonal dan intrapersonal anak.

Mengapa kecerdasan interpersonal dan intrapersonal itu sangat penting dikembangkan? Mari kita kupas apa sih kecerdasan interpersonal dan intrapersonal itu. Dari beberapa referensi buku yang saya baca, inilah menurut saya definisinya:

1. Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi biasanya mempunyai banyak teman, mudah bergaul, tidak mudah marah dan punya rasa humor jika diledek oleh teman-temannya. Selain itu, anak pun menghargai orang lain dengan tidak melakukan hal negatif kepada teman atau orang di sekitarnya.

Inti dari kecerdasan interpersonal adalah kemampuan bekerja sama, bersosialisasi, mampu memahami perasaan orang lain/empati, dan mampu menahan diri untuk tidak menyakiti sesama. Biasanya anak-anak dengan kecerdasan interpersonal tinggi adalah anak yang percaya diri. Anak yang percaya diri tidak akan mudah untuk di-bully.

2. Kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dalam diri. Kecerdasan intrapersonal penting bagi semua orang karena dengan kecerdasan ini seseorang mampu menempuh keberhasilan dan kesuksesannya sendiri. Inti dari kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan menyeimbangkan antara kekuatan diri dan harapan yang akan dicapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun