Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pilih Tantangan atau Kemudahan?

24 Juli 2016   16:05 Diperbarui: 24 Juli 2016   16:14 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

By Deassy M Destiani

Terpana saya melihat seorang pemuda yang hidupnya nyaris selalu menyusahkan kedua orangtuanya. Dia hanya tiduran di sebuah kasur  yang seprainya banyak bolong karena rokok. Saya panggil tidak menyahut. Sepertinya masih dalam kondisi mabuk atau sakau. Dulu anak muda itu waktu kecilnya adalah anak yang lucu dan menggemaskan. Semua fasilitas diberikan kedua orangtuanya dengan sangat baik. Apapun yang diinginkan sang anak selalu diupayakan dipenuhi terutama dalam hal makanan, pakaian dan mainan. Ayahnya seorang karyawan BUMN. Ibunya lulusan PTN ternama yang memillih jadi Ibu rumah tangga karena suaminya tidak menginjinkan bekerja. 

Saat pemuda itu masih balita hingga remaja hidupnya nyaris tak pernah mengalami kesusahan.Kemana-mana diantar jemput pakai mobil.  Ayah dan Ibunya siap membusungkan badan dan berkorban apaapun demi dirinya. Setiap permintaannya apalagi ada hubungannya dengan uang,  dengan segera dipenuhi kedua orangtua yang punya masa lalu pernah hidup sebagai orang yang tak punya.   

Hingga setelah lulus SMA, dia harus memiih akan kuliah dimana. Tidak diterima di PTN bukan lantas menyurutkan langkahnya. Orangtuanya siap dengan dana berapapun di kampus yang dia suka. Anaknya memanfaatkan kesempatan itu. Dia memilih kuliah di 2 kampus sekaligus. Orangtuanya senang karena merasa anaknya hebat, kuliah di 2 kampus dengan jurusan yang sangat berbeda. Kampus pertama memilih fakultas ekonomi dan kampus satu lagi memilih jurusan desain grafis. 

Enam tahun berlalu. Ternyata pemuda itu tidak pernah lulus kuliah dari kedua kampus swaasta favorit di kotanya itu. Bahkan beberapa kali pindah kuliah lagi ke kampus lain dengan alasan dosennya galak dan mempersulit penyusunan skripsinya. Namun juga tidak lulus. Dalam perjalanan hidupnya, dia bertemu dengan seorang gadis yang menjadi adik kelas di kampusnya. Entahlah kampus mana yang dimaksud, namun yang jelas saya kemudian mendapat undangan bahwa pemuda itu akan menikah dengan gadis tersebut. Gadis yang sangat cantik. Hebat juga pemuda itu bisa memilih pendamping yang begitu sempurna. 

Malam sebelum pesta pernikahan, ternyata saya baru tahu bahwa gadis itu telah hamil 4 bulan. Kedua orangtua gadis tersebut mendesak agar segera dinikahkan. Oh... ternyata inilah alasan sang gadis mau dinikahkan denga pemuda yang lulus kuliah saja  masih entah kapan dan belum punya pekerjaan?   Saya menghela nafas panjang... yah semoga saja ini akan membuat pemuda itu sadar akan kewajibannya sebagai seorang suami dan sebentar lagi akan menjadi ayah. 

Tahun berganti tahun, pemuda itu telah punya seorang anak laki-laki. Pekerjaannya jual beli mobil bekas. Sementar istriya dengan paras cantik dan keluwesannya diterima bekerja di sebuah Bank swasta sebagai Customer Service. Sang anak diasuh oleh ayah dan ibu si pemuda. Kebetulan sang ayah sudah pensiun sehingga makin banyak waktu di rumah.  

Hingga pada suatu ketika, saya mendapat kabar lagi bahwa pemuda itu akan bercerai dari istrinya. Pemuda itu juga  dicari polisi karena ternyata banyak menggelapkan mobil yang dia jual. Bahkan ada mobil rental yang dia jual kepada orang lain sehingga dia menjadi orang yang diburu polisi. Kedua oranguanya yang tidak tega melihat anaknya dikejar polisi dan yang menagih hutang.  Akhirnya orngtuanya menutup semua hutang sang anak dengan cara menjual rumahnya.  Rumah yaang tersisa satu-satunya. Karena beberapa rumah sebelumnya yang menjadi aset orangtuanya juga harus dijual untuk biaya kuliah, baya pernikahan dan modal buat anaknya itu  jual beli mobil. 

Orangtua si pemuda itu terusir dari rumah yang dia tinggali sendiri karena kelakuan anaknya. Mereka kemudian harus tinggal di rumah  seorang kerabat yang berbaik hati memberikan rumahnya untuk mereka gunakan. Istri dari pemuda itu tidak mau lagi melanjutkan pernikahan karena selain si pemuda itu tidak mau berusaha untuk menjadi ayah dan suami yang baik ternyata juga selingkuh dengan beberapa perempuan lain yang masih SMA. 

Lengkap sudah derita orangtuanya. Menantunya pergi meninggalkan rumah bersama cucu kesayanganya. Anaknya menjadi pesakitan yang tidak berguna. Hidupnya dikejar-kejar orang yang masih merasa dibohongi olehnya. Tidak ada lagi orang yang percaya padanya. Keberuntungan buatnya karena pemuda itu tidak dipenjara. Orangtuanya berusaha keras membuat sang anak terbebas dari jerat hukum meski harus mengorbankan semua harta bendanya hingga mereka harus numpang d rumah oranglain. Lalu apa yang terjadi? Anaknya bukannya bertobat tetapi malah terjerumus pada narkoba. Masya Allah.    

Kisah itu adalah kisah nyata. Mungkin ada di sekitar anda. Dengan alasan, “Saya waktu kecil, miskin. Saya akan pastikan anak-anak saya mendapatkan yang terbaik, termahal, terbagus dan terlengkap jika saya punya anak nanti. Saya gak mau anak saya menderita seperti saya yang waktu kecil makan saja susah.”  Ada pula yang bilang, “Waktu kecil, saya belajar ditemani lilin atau lampu minyak . Sekarang anak saya, saya jika perlu saya sekolahkan ke Amerika, bahkan mau 2 atau 3 kampus sekaligus saya sanggup kok bayarnya .”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun