Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sekolah Gratis dalam Kandungan

11 April 2016   06:53 Diperbarui: 11 April 2016   07:09 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ditulis oleh : Deassy M Destiani

(Penulis/ Guru Paud/Penebar Virus Membaca)

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (Dirjen PAUDNI) menetapkan 18 nilai yang dapat dirujuk untuk menyelenggarakan pendidikan karakter. Salah satunya adalah gemar membaca. Mengapa gemar membaca menjadi kriteria dalam pembentukan karakter? Membaca pada hakikatnya adalah jalan untuk bisa mengerti dari segala yang tidak dimengerti. Dengan membaca maka wawasan pengetahuan akan bertambah. Dari tidak tahu menjadi tahu. Semakin banyak yang kita tahu maka semakin banyak ilmu. Semakin banyak ilmu maka semakin banyak  kontribusi agar bisa bermanfaat untuk orang lain. Semakin bermanfaat untuk orang lain, maka itulah sebaik-baiknya seorang manusia.   

Karakter gemar membaca bisa dimulai sejak anak dalam kandungan. Yakinkan dalam diri seorang Ibu bahwa karakter gemar membaca ini adalah tuntunan dari Al-Quran sebagai sebuah perintah yang turun pertama kali lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga tujuan dari membacakan buku pada janin ini adalah untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.  Buatlah jadwal yang rutin setiap hari untuk membacakan buku pada janin dalam kandungan. Tidak perlu lama, cukup 5 sd 10 menit saja setiap harinya. Bacaan yang dibaca boleh apa saja. Kisah tentang Nabi, kisah teladan sepanjang jaman, kisah biografi orang terkenal bahkan sebuah resep masakan.  Jika buku yang dibacakan belum selesai dalam waktu 10 menit, berilah pembatas buku. Lanjutkan esok harinya.  Kegiatan ini bisa menggunakan alat seperti sebuah terompet yang terbuat dari kertas kalender yang digulung. Jika tidak ada sebetulnya Ibu bisa membacakan buku dengan suara keras saja sudah cukup.  

Apabila ingin menjadi sebuah kurikulum yang terjadwal, buatlah menjadi tiga bagian kegiatan. Yaitu kegiatan pembuka, inti dan penutup.   Kegiatan pembuka dimulai dengan membacakan basmallah, kalam ilahi dan doa mau belajar. Kegiatan inti adalah janin dibacakan buku. Lalu dilanjutkan dengan kegiatan penutup misalnya membaca asmaul husna atau memperdengarkan musik klasik yang bisa membuat janin nyaman dan tertidur setelah belajar. Dengan demikian janin sudah sekolah sejak berada dalam perut ibunya. Aktifitas tersebut bisa dilakukan bersama ayah. Suara ayah pastinya ingin di dengar juga oleh janin sehingga nantinya dia tidak asing saat lahir ke dunia. Jika janin sudah punya kakak, libatkan pula sang kakak dalam aktifitas “sekolah dalam perut ibu” tersebut. Hal ini  bisa mengurangi rasa cemburu kakak pada adik sebab merasa sudah dekat dan akrab sejak adiknya belum lahir.    Sekolah dalam perut ibu ini juga menjadi sekolah yang tidak berbayar alias gratis namun hasilnya luar biasa bagi stimulasi kecerdasan anak. 

Penelitian tentang mendidik anak sejak dalam kandungan ini pernah dibahas secara lengkap dalam sebuah buku yang berjudul Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan (penerbit Mizan, 2008), yang ditulis oleh F.Rene Van de Carr dan Marc Lehrer. Dalam buku ini dijelaskan bahwa ada sebuah cerita yang berjudul The Cat karya Dr. Seuss,  yang dibacakan kepada janin secara berulang-ulang dengan suara keras oleh ibunya saat hamil. Ketika lahir bayi itu kemudian diuji untuk melihat apakah ia mengenali bunyi-bunyi yang telah dibacakan Ibunya. Ternyata bayi itu mengenali cerita yang dibacakan ibunya. 

Buku lainnya yaitu Read-Aloud Handbook karya Jim Trelease mengisahkan pengalaman menakjubkan seorang ibu yang membacakan buku kepada bayinya sejak lahir ke dunia. Nama ibu tersebut adalah Linda Kelly-Hassett dan bayi perempuannya bernama Erin. Linda Kelly-Hassett adalah  seorang  guru SD. Selama mengajar, Linda merupakan seorang guru yang senang membacakan cerita kepada anak didiknya. Apa yang dilakukannya di kelas  dia terapkan secara konsisten dan teratur kepada putrinya, Erin.    

“Tidak semua orangtua punya waktu melakukan seperti apa yang  Linda lakukan, tetapi kalau mereka mau melakukan setengah saja dari apa yang  dia (Linda) lakukan, masa depan semua anak pasti akan lebih cerah”  tulis  Jim Trelease di halaman 47. 

Tanpa disadari, setiap harinya kegiatan membaca buku itu terus saja bertambah. Erin semakin sering meminta kepada Linda untuk dibacakan buku. Linda mempunyai jurnal yang dia tulis setiap hari, maka pada suatu ketika dalam jurnalnya Linda menulis, ‘9 buku setelah sarapan, 10 buku dan 4 puisi setelah makan siang, dan 7 buku setelah makan malam”. Jadi ada 26 buku dan 4 puisi yang sudah dibacakan Linda kepada Erin dalam satu hari saja. Luar biasa bukan? 

Sementara itu dalam bukunya yang berjudul Membuat Anak Gila Membaca (Penerbit Mizania, 2007), Mohammad Fauzil Adhim mengisahkah bahwa anaknya sejak dalam kandungan juga sudah terbiasa dibacakan buku. Saat usia 4 bulan, mainan yang paling disukai anaknya adalah buku. Sementara kata pertama yang diucapkan anaknya adalah “baca”.  Sedangkan kosa kata awal yang diucapkan anaknya adalah “ceritain”. 

Hernowo dalam artikelnya yang berjudul “Ajakan untuk Mempertajam Pikiran: Bagaimana  Membangun Karakter Gemar Membaca” mengatakan bahwa apabila seorang anak memiliki karakter gemar membaca maka akan menguntungkan anak tersebut. Karena anak akan menjadi kaya kosa kata melebih anak yang tidak dibacakan buku. Kekayaan kata itu akan membuatnya menjadi lancar berbicara serta  memudahkan anak untuk  menulis dan mengembangkan pikirannya. Hernowo menambahkan bahwa kegemaran membaca akan membawa seorang anak untuk mengatasi keterbatasan fisik yang mengelilinginya. Lewat membaca, pikirannya akan mampu menjelajah dan mengembara ke mana-mana. Selain itu  membaca akan mempertajam pikiran atau akalnya. Setidaknya, lewat membaca, pikiran seorang anak akan terus digerakkan atau di-olahraga-kan.Hal ini akan membuat pikirannya akan menjadi lebih luwes, terbuka, tidak beku dan kaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun