Mohon tunggu...
Deasi Saragih
Deasi Saragih Mohon Tunggu... -

Pembelajar yg berusaha menjadi seorang pendidik. Pemerhati dan berkontribusi dlm dunia pendidkan (Teacher, Long Life Learner)\r\nFollow : @Deasi_Saragih\r\nhttp://deasisaragih.wordpress.com/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menghadapi Kemacetan Tanpa Keluhan (Emang Bisa?)

7 Mei 2013   21:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:56 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://ellyangelina.blogspot.com/2012/08/jakarta-part2.html

Beberapa hari membaca kompasiana banyak yang menulis mengenai macet, hehe ..saya pun ketularan :D Pertanyaan yang terbersit adalah apakah adayang tak pernah terjebak kemacetan di Ibukota Jakarta ini ? Kemacetan bukanlah hal baru di kota Jakarta, eksistensinya membuat pikiran mumet dan terkadang juga dijadikan kambing hitam bila kita sampaike tempat kerja gak tepat waktu, terlambat menghadiri acara atau berbagai macam hal yang berkaitan dengan molornya waktu sesuai dengan janji yang dibuat atau sekedar alibi pada saat ada rasa malas untuk tidak datang tepat waktu sesuai janji.

Coba hitung saja dalam dua tahun terakhir sudah berapa banyak waktu terinvestasi di jalanan karena terjebak dalam kemacetan (Hitung saja sendiri ya heheh).

Kemacetan menjadi sesuatu yang sangat terasa kehadirannya dan akrab ketika saya sedang menjalani pendidikan Master Pendidikan dua setengah tahun yang lalu. Kampus saya terletak di kawasan Semanggi, kawasan rawan macet, sementara rumah saya terletak di wilayah Kalideres Jakarta Barat, bisa dibayangklan keluar dari Kalideres menuju Semanggi apabila tidak menggunakan Bus Trans Jakarta pastilah akan memakan waktu cukup banyak. Untungnya kuliah dilakukan hanya pada hari Sabtu, Pukul enam pagi saya sudah berangkat menuju Kampus , perkuliahan dimulai pukul delapan pagiselesai pukul 17.00, dilanjutkan dengan mengerjakan tugas kelompok, sehingga sampai ke rumah pukul 22.00 .

Di semester 3 perkuliahan kesibukan mengerjakan tugas-tugas meningkat secara luar biasa, dan seluarbiasa itu pula menyita pikiran, hati dan waktu yang dimiliki. Sekedar informasi hari senin sampai Jumat saya bekerja sebagai guru di sebuah sekolah yang memang menuntut standar tinggi dalam bekerja. Otomatis, jujur saja kesempatan untuk fokus mengerjakan tugas kuliah dan mulai merancang penelitian tesis dilakukan pada hari Sabtu sepulang kuliah dan dilanjutkan hari Minggu. Otomatis pengaturan jadwal padat luar biasa.

Hari-hari yang dilewati terkadang terasa sangat berat, maklum bekerja sambil kuliah memang butuh perjuangan lebih. Tapi karena sudah berkomitmen untuk belajar dan menyelesaikan perkuliahan tanpa mengganggu pekerjaan, ini membuat harus mengatur ritme semangat dengan harmonisasi indah, sehingga tugas-tugas terselesaikan maksimal dengan segenap hati.

Berada di Bus dan terjebak kemacetan menjadi sebuah tekanan psikologis. Dulu saya suka menggerutu kalo terjebak macet apalagi kalau dalam kesembrautan suasana ada bau keringat yang menggangu, aiih rasanya ingin marah bahkan terkadang mau muntah! Namun menyadari bahwa keluar dari masalah dari kemacetan memang cukup sulit, maka saya berusaha menjadikan kemacetan sebagai peluang untuk berpikir dan memanfaatkan waktu dengan beberapa cara, diantaranya :

  1. Mendengarkan musik melalui Black Berry dengan memasang earphone supaya orang lain tidak terganggu, bila naik BusTrans Jakarta saya akan berusaha mendapatkan tempat duduk, kalau pas gak dapet ya minimal mencari sandaran badan setidaknya bisa relaks dikit.
  2. Mulai mengeluarkan Gadget (memilih tablet dengan merek yang murah agar meminimalisir incaran orang jahat) dan mulai membuka file-file yang memang sudah di siapkan sebelumnya untuk dibaca. Saya menghindari browsing, karena kalau koneksi terasa lambat malahan akan membuat tambah kesal hehe. Setidaknya pikiran bisa beralih dari keluh kesah soal macet ke topik bahasan pekerjaan yang memang harus diselessaikan setiap minggunya.
  3. Membaca ulang laporan penelitian tesis yang dikerjakan hari sebelumnya, karna terkadang memberi jeda sehari terhadap tulisan yang dibuat akan lebih memelekkan mata untuk melihat kesalahan-kesalahan dan kekurangannya. Dengan menandai catatan perbaikan di hari Minggu sayabisa memperbaikinya lagi.
  4. Membaca feedback dosen di e-mail mengenai kekurangan tesis pada saat macet cukup membantu saya, karena setidaknya pas macet mindset mengenai membaca ulang laporan penelitian justru bisa benar-benar fokus.
  5. Apabila mata saya terasa capek maka Tablet akan saya masukkan ke tas, dan mengeluarkan alat rekam digital saya. Ini lebih enak karena seperti layaknya ipod atau mendengarkan musik, saya mulai memutar rekaman perkuliahan, istilahnya mengulang perkuliahan di hari itu. Maklum saya pembelajar Audio jadi belajar dengan mendengarkan justru membuat cepat mengingat apa saja yang dibahas di ruang perkuliahan.Dalam beberapa kali ujian justru saya banyak terbantu dengan alat rekam ini.
  6. Kalau benar-benar sedang capek, dan sulit berkonsentrasi maka tinggal memutar lagu melalui BB dengan earphone, dan memejamkan mata, setidaknya ini cukup membuat relaks dan merenggangkan syaraf-syarat otak :D

Semenjak punya komitmen utnuk memanfaatkan waktu dengan maksimal, maka di tas saya yang namanya Tablet dan recorder dipastikan sudah full baterainya, dan selalu ada disiapkan baterai cadangan untuk recorder.

Buat sebagian orang cara ini mungkin tidak efektif, karena terkadang banyak yang tidak bisa konsentrasi disaat ramai atau kondisi Bus yang panas. Itu sebabnya berusaha mencari Bus yang ber- AC atau Trans Jakarta. Setidaknya meskipun mobil dalam kondisi tidak bergerak bisa tetap mengerjakan sesuatu yang berguna dari pada sekedar mengeluh dan marah.

Pada awalnya ada rasa takut kalau terkesan terlalu “rajin” atau orang lain berpikir tidak masuk akal belajar ditengah kemacetan. Tapi ternyata semua hanya soal paradigma. Saya berpikir tuntutan kuliah sambil bekerja membuat saya berkomitmen untuk memanfaatkan waktu dengan cara seperti ini, setidaknya sampai kuliah selesai.

Terkadang kita terjebak pada suatu situasi yang menurut orang sangat mengesalkan, dan memang mengesalkan terjebak dalam kemacetan. Namun terkadang ada situasi yang sulit di ubah, kalau sudah begini mind set yang harus diubah, apa yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan waktu sehingga pada saat macet pun masih tetap dapat memanfaatkan waktu dengan baik.

Saat ini saya sudah lulus dan meraih gelar Master, dan sekarang Tablet murah saya pun rusak hehe, tapi gag pa pa. Banyak kenangan dalam kemacetan yang tersimpan baik dalam ingatan saya karena kurang lebih 2 tahun tablet itu cukup membantu terselesaikannya tugas-tugas dan tesis saya. Yess.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun