Mohon tunggu...
Deasi Saragih
Deasi Saragih Mohon Tunggu... -

Pembelajar yg berusaha menjadi seorang pendidik. Pemerhati dan berkontribusi dlm dunia pendidkan (Teacher, Long Life Learner)\r\nFollow : @Deasi_Saragih\r\nhttp://deasisaragih.wordpress.com/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Proses Pembelajaran Yang Tidak Sempurna

21 April 2013   13:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:51 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejalan dengan pelaksanaan Ujian Nasional SMA enam hari yang lalu, adanya ketidakberesan dalam pengaturan mengenai persiapan sampai distribusi bahan ujian nasional yang tertunda memancing banyak pihak yang berkomentar mengenai hal ini. Ujian Nasional menjadi issue nasional yang memperlihatkan banyak pihak terkhusus mereka yang terlibat dalam pendidikan di Indonesia miris dan pesimis terhadap perkembangan dunia pendidikan. Sebagai seorang praktisi pendidikan saya berupaya mengikuti perkembangan issue UN dengan membaca surat kabar serta mengikuti perbincangan diberbagai situs edukasi. Beberapa hal yang dapat saya simpulkan adalah :

1.Banyak pihak yang mencaci para penyelenggara Ujian Nasional tanpa tedeng aling-aling aliasmulai menjurus kepada hal yang sifatnya menghakimi. Ini terjadi karena era kekuatan social media yang memang nyata memberikan keterbukaaan terhadap opini masyarakat, sehingga kinerja Kementrian Pendidikan memang terbukti disoroti masyarakat luas.

2.Anggapan bahwa UN bukan alat uji kompetensi yang pas sebagai parameter yang mengukur kelulusan siswa, namun di lain sisi kurangnya pihak yang menawarkan solusi-solusi kritis dan inovatif mengenai pengganti UN.

3.Adanya jawaban Bapak Menteri Pendidikan yang menyatakan bahwa Beliau lega tidak dimarahi oleh Bapak Presiden dan mencoba mencari tahu faktor penyebab kekacauan pendistribusian hingga tertundanya pelaksanaan Ujian Nasional. Dengan investigasi diupayakan akan dilakukan penyelidikan di bagian mana yang salah yang mengakibatkan UN tidak berlangsung dengan baik.

4.Pernyataan selanjutnya adalah mulai munculnya nama-nama pihak yang (mulai) disalahkan, tersalahkan atau apapun namanya, sehinggga memberi kesan bahwa antara asumsi dan fakta sulit lagi dibedakan, berbagai kepentingan politik berbagai pihak ada di dalamnya sehingga muncul rasa geregetan yang berujung pada kegalauan mendalam untuk berimajinasi mengenai pendidikan indonesia untuk masa mendatang.

Berdasarkan hal-hal di atas saya hanya tersenyum miris saja, kalau begini terus cara penyelesaian masalah pendidikan di Indonesia, maka jangan pernah berharap bahwa pembelajaran mengenai sikap-sikap simpatik kepemimpinan di negara ini menjadi sesuatu yang familiar. Karena yang lebih dikenal oleh masyarakat umum adalah sikap-sikap yang hanya mengarah kepada arogansi pribadi atau kelompok tertentu yang sangat mendarah daging. Masalahnya adalah bagaimana hal ini diteruskan berlangsung di negara yang ingin membangun manusia seutuhnya. Dalam rencana pendidikan kurikulum 2013 melalui pendidikan karakternya dibicarakan banyak hal mengenai kerinduan adanya pendidikan karakter yang dianggap sudah sangat darurat diperlukan oleh bangsa. Dengan konsekuensi diperlukan banyak dana untuk menjalankan rancangan kurikulum 2013. Sementara apa yang terlihat saat ini menurut saya adalah pendidikan karakter yang sesungguhnya.

Masyarakat sedang melihat suatu proses pembelajaran yang sesungguhnya, bagaimana menunjukkan sikap bertanggung jawab, sikap berani bersikap jujur, dan sikap mencintai bangsa. Menurut saya sayang sekali, yang diperlihatkan saat ini justru bersembrangan dengan apa yang dibicarakan pihak-pihak yang berwenang. Pendidikan karakter yang dijalankan hanya khayalan tingkat tinggi saja. Sosialisasi yang tidak sempurna. Kini saatnya berdiskusi dan duduk bersama dengan mengembangkan open minded, jangan sampai mengalami kesulitan membedakan mana teori,asumsi dan mana fakta, karena pada saat kita sulit membedakannya itu tandanya kita kehilangan daya berpikir kritis.

*Kegundahan hari anak bangsa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun