Mohon tunggu...
dearvioninot
dearvioninot Mohon Tunggu... Dosen - Digital Learner and Living the Dream.

A wifey living the life by good foods and love, cafe enthusiast, dream chaser. Writing only for an emergency mode, when so bored. HIT ME on Twitter, search !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Parameter Subyektifitas dan Obyektifitas pada Tes CPNS 2023

28 Januari 2024   22:03 Diperbarui: 28 Januari 2024   22:21 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apakah semua peserta yang mengalami kecurangan melakukan sanggah? Tentu tidak.
Pasti banyak yang tidak bersuara, memilih legowo dengan hasil dan memilih melanjutkan langkah selanjutnya. Sedangkan bagi peserta dengan usia di ambang batas tentu berbeda, mereka akan berjuang untuk menyuarakan kebenaran versi mereka. 

Semua terlihat jelas pada pengumuman Pra-Sanggah,
Peraih ranking tertinggi pada SKD, SKB CAT meraih tertinggi, Microteaching lolos, namun tidak lolos Wawancara. Atau versi lain, peraih ranking tertinggi pada SKD dan SKB CAT, Wawancara lolos tapi Microteaching tidak lolos. Sedangkan beberapa peserta sudah memiliki Sertifikat AA - Pekerti, atau memiliki pengalaman mengajar lebih dari 2 Tahun.
Sehingga terkadang, yang lolos dalam sebuah formasi malah bukan peraih skor / ranking tertinggi dalam formasi tersebut. 

Sebenarnya setiap tahunnya, Panitia Seleksi dan Instansi-instansi terkait terus melakukan pengembangan dan mencari formula paling tepat agar proses seleksi semakin baik dan berkembang, namun kembali lagi bagaimana bisa sebuah tes diberikan 'kunci pertaruhan' pada sub tes yang rawan dengan subyektifitas ? Meski pasti diberikan kisi-kisi terkait pertanyaan dan acuan, apakah semua penguji pasti memakai parameter pengujian yang sudah terstandar?  

Acapkali, Panitia Seleksi melakukan pengembangan dan pengubahan pada metode penilaian dan proses seleksi. Hanya saja saat ini masyarakat Indonesia sudah semakin melek teknologi. Keberanian berbicara sangat besar, media menjadi corong utama dalam menyatakan pendapat.

Tak ayal, semua keresahan yang dirasakan pun tampil. Terdapat dua sisi, sisi yang merasakan ketidakadilan serta sisi yang merasa bahwa ini sudah adil dan sesuai prosedur. Namun tentu, sepatu tiap orang berbeda bukan? Perasaan memakai sepatu juga berbeda pada setiap sepatu. Hal inilah yang menjadi pertanyaan, bagaimana mengukur rasa dalam setiap sepatu itu? 

Dua tes CAT menjadi tidak berdaya, dikalahkan dengan Wawancara dan Microteaching. Bekerja keras menjadi rangking tertinggi dalam formasi juga tidak menjadi jaminan akan keluar sebagai Pemenang. 

Semoga Kementerian terkait memperhatikan aspek - aspek tersebut dan memberikan kebijakan yang 'setidaknya' melegakan semua pihak meskipun tidak harus menyenangkan semua pihak. Menjadi nomor satu, bukan menjadi parameter dalam sebuah pertandingan saat ini. Tentu semua harus berbenah untuk Indonesia yang lebih baik dan transparan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun