Ada sebuah pernyataan yang belakangan ini sering menggelitik otak bodoh saya, yaitu tentang pelacur. "Pelacur itu seperti Selokan yang mengalirkan air kotor demi kesehatan warga kota." Pelacur disamakan dengan selokan? Bukan! bukan itu maksud saya.
Coba saja kita lihat budaya masyarakat kita, ada gadis yang pulang kerja pada malam hari. sudah dikira sebagai pelacur. Â Ada operasi Pekat (Penyakit Masyarakat), pasti pelacur yang kena. Ada wanita berpakaian seksi malam-malam dipinggir jalan, dikira pelacur.
Kita tidak boleh menyamakan semuanya seperti itu, Mungkin kadang terbukti. Tapi, kadang juga menjadi fitnah bukan?
Kalau pikiran bodoh saya seperti ini, jika tidak ada pelacur. Â Kemana para pria hidung belang menyalurkan hasratnya? Pada Istri? mungkin kurang puas. Â Sasarannya tentu saja gadis-gadis tidak berdosa. Bukan begitu? saya juga mengerti kalau pelacuran itu tidak bisa diterima diseluruh dunia dan oleh paham manapun. Lalu bagaimana solusinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H