Mohon tunggu...
Marintan Irecky
Marintan Irecky Mohon Tunggu... Lainnya - ENG - IND Subtitler and Interpreter

Indonesian diaspora who has been living in Saudi Arabia since 2013. Currently interested in topics about women, family and homemaking, and female intra-sexual competition.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Humas dan Wartawan di Mata Jero Wacik

21 November 2012   04:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:57 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1353475249813254161

[caption id="attachment_224948" align="aligncenter" width="540" caption="sumber foto: merdeka.com / arie basuki"][/caption]

Siapa yang tak mengenal sosok Jero Wacik? Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini telah hampir satu dekade duduk di kabinet sebagai menteri. Sebagai seorang menteri, Jero kerap memberikan pernyataan pers mengenai segala hal yang berkaitan dengan kementerian yang dipimpinnya.

Urusan memberi pernyataan tentu bukan hal yang baru bagi seorang Jero Wacik. Ia dapat memberi pernyataan secara langsung di depan sebuah forum, maupun secara tak langsung melalui tulisan (rilisan pers) atau lisan yang diwakilkan (baik oleh wakil menteri maupun jubir yang ditunjuk). Ini sudah tentu membuatnya tak asing dengan dua profesi pengolah pernyataan, yaitu staf humas dan wartawan.

Sayangnya, kedua profesi yang diidamkan banyak orang itu kurang dihargai oleh sang menteri. Dalam sebuah forum di mana dia berkesempatan untuk berbicara di hadapan ribuan karyawan Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKSP Migas) dan juga para wartawan yang hadir, suara yang diduga sebagai Jero Wacik melontarkan pernyataan kontroversial. Berikut ini adalah pernyataan Jero yang berhasil direkam oleh seorang jurnalis media asing yang hadir di forum tersebut. Rekaman pernyataan ini beredar di grup Blackberry Messenger (BBM) para jurnalis. Untuk melihat video pernyataannya seperti yang disiarkan oleh MetroTV, bisa diklik di sini

Seperti apa pernyataan Jero Wacik? Berikut saya salinkan untuk dibaca.

“Mulai hari ini humasnya tidak boleh mati angin. Jadi semalam saya tanya,”Siapa kepala humas sekarang? Si ini? Oke, besok temui saya! Wartawan harus diajak bergerak! Diterangkan baik-baik. Wartawan itu kana pa yang dia denger, itu yang dia tulis. Kalau dia nggak denger apa-apa, dia nggak nulis apa-apa. Dipengaruhi oleh orang lain, orang lain itu yang dia tulis! Kacau sudah. Kita yang kacau. Tapi kalau diterangkan sama wartawan, ajak makan siang wartawannya, kumpulkan dulu orang, terangkan, terangkan. Sekali belum ngerti, dua kali. Dua kali belum ngerti, lima kali. Lima kali belum ngerti, sepuluh kali. Sampai dia ngerti betul! Begitu dimuat, periksa muatannya, udah bener belum? Kalau mau kasih hadiah, kasih hadiah. Kalau nggak mau kasih hadiah, nggak apa-apa. Kebangetan. Masa segede BP Migas nggak pernah mau ngasih hadiah? Salah juga. Wartawan kan rakyat, jadi harus pro rakyat. Rakyat siapa? Rakyat semua!”

Pernyataan tersebut tidak seharusnya dilontarkan oleh mantan Menteri Budaya dan Pariwisata itu. Sebagai seorang menteri, Jero seharusnya bisa memilih diksi yang tepat dalam menegur kinerja humas BP Migas, bila memang dianggapnya perlu. Setidaknya, berpikir dahulu sebelum memberi pernyataan.

Rekaman pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Jero berpikir semua humas memang sudah seharusnya memberi hadiah dan mentraktir makan siang wartawan agar berita yang ditulis sesuai dengan ekspektasi dan tidak merugikan citra BP Migas atau Kementerian ESDM. Di sisi lain, pernyataan tersebut juga mendeskripsikan bahwa wartawan harus disogok supaya ‘nurut’ dan tidak menulis macam-macam.

Para tamu yang hadir di forum tersebut boleh saja tertawa saat mendengar pernyataan Jero yang sekilas mirip guyonan. Namun, esensi dari pernyataannya tidak bisa dibenarkan dan menjadi bumerang bagi Jero sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin mengundang rentetan pertanyaan lainnya.

Apakah selama ini staf kehumasan di kementerian-kementerian pimpinannya terbiasa melakukan praktik gratifikasi? Bila benar, sudah berapa wartawan yang disuap dan untuk isu apa? Apakah praktik menjilat wartawan ini lazim dilakukan di kementerian dan insitusi pemerintahan lainnya? Dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang mungkin muncul akibat pertanyaan sang menteri tersebut.

Diklarifikasi atau tidak, pernyataan Jero Wacik akan selamanya terekam dan membekas di benak baik para wartawan maupun para staf humas. Ini harus menjadi pelajaran bagi para menteri dan pejabat lainnya untuk lebih berhati-hati dalam memberi pernyataan serta tidak serta-merta melecehkan profesi lain, apapun alasannya dan bagaimanapun caranya.

"Journalism is a career, not a job" ~ Hans David, The Jakarta Post

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun