[caption id="" align="aligncenter" width="524" caption="Nuria's Deli tampak depan"][/caption] Hujan mengguyur kawasan Tebet Utara, Kuningan saat saya tiba di Nuria’s Deli, sebuah resto mungil yang berdiri di area yang juga dikenal sebagai distrik distro Jakarta ini. Nuria’s Deli menjadi tempat bisnis pertama yang ditetapkan sebagai tuan rumah untuk acara “Get Urbanized April” hasil kerjasama Kompasiana dan situs city directory Urbanesia. Acara dibuka pada pukul 17.15 WIB oleh Yodi Putra dari Urbanesia. Yodi menyambut para peserta yang sudah datang, lalu menjelaskan sedikit tentang Urbanesia sebelum memperkenalkan Nuria’s Deli. Penjelasan tentang Nuria’s Deli diterangkan dalam bentuk tanya jawab singkat, Yodi bertanya, dan Nuria tentu saja menjawab. Dari informasi yang diberikan, pengunjung yang hadir akhirnya mengetahui bahwa resto mungil ini berdiri sejak 1 Oktober 2011. Nama Nuria’s Deli diambil dari nama pemiliknya, Nuria, yang merupakan lulusan kuliner pastry dari sebuah sekolah di Perancis. Deli sendiri dalam Bahasa Inggris berarti toko makanan. Jadi secara harfiah Nuria’s Deli adalah toko makanan milik Nuria. Karena menyandang nama sang pemilik, tidak heran bila pertama kali memasuki resto ini, auranya terasa lembut dan feminin. Warna ungu menjadi highlight yang menjadi ciri khas Nuria’s Deli, sepertinya ini adalah warna favoritnya. Meskipun terbilang kecil, Nuria’s Deli menawarkan atmosfer yang nyaman dengan dekorasi interior yang cukup unik, yaitu beragam kutipan berbahasa Inggris yang dibingkai rapi dan ditempel di dinding, serta bohlam-bohlam lampu tak terpakai berisi dedaunan yang menggelantung di langit-langit. Tempat ini cocok bagi yang mencari kehangatan maupun butuh inspirasi untuk menulis. Awalnya Nuria’s Deli ingin dibuat sebagai cabang dari Ai-chan, restoran Jepang yang lebih dulu debut sebagai bisnis kuliner keluarga. Ai-chan terletak di Sampoerna Strategic Square, Jakarta. Namun, setelah melihat bahwa di sekitar sudah banyak restoran dengan konsep yang sama, Nuria memutuskan untuk membuat sesuatu yang berbeda. Karena itulah, meski menyajikan sejumlah hidangan Jepang seperti sushi, gyutan don, dan ramen, tidak terasa nuansa negeri sakura itu pada desain interiornya. Apalagi pilihan menunya bukan hanya makanan Jepang saja, tapi ada pula beragam cupcake, dessert, dan icip-icip manis lainnya. Meski menu yang ditawarkan bernuansa internasional, jangan khawatir karena harganya ramah kantong, berkisar dari Rp 7.000 hingga Rp 50.000 saja lho. Perbedaan nuansa dan komposisi menu ternyata ini dikarenakan target market Nuria’s Deli dan Ai-chan berbeda. “Kalau Ai-chan menyasar pada kaum eksekutif, Nuria’s Deli lebih (menyasar) ke anak-anak muda. Mereka kan bukan hanya pengen makanan enak saja, tapi juga tempat yang asik buat nongkrong, ngobrol lama-lama, dan bisa foto-foto dengan background lucu,” kata Rima, adik Nuria yang juga membantu bisnis kuliner ini. [caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Gyutan Don, the most popular menu at Nuria"]
Terima kasih kepada Kompasiana, Urbanesia, dan Nuria’s Deli yang telah menyambut kami dengan hangat dalam acara “Get Urbanized April”. Semoga acara serupa di bulan Mei juga bisa berjalan dengan sukses dan menyenangkan. Kepada kawan-kawan Kompasianer (sayang Om Jay dan Joshua tidak datang), terima kasih telah datang dan berbagi cerita dan tawa dengan saya. Sampai jumpa di acara lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H