Apa jadinya bila seorang tutor Bahasa Inggris cantik mendapat perhatian khusus dari dua pria muda tampan yang merupakan muridnya sendiri? Inilah yang harus dialami oleh Pleng (Preechaya Pongthananikorn) saat mengajar Pruek (Two Popetorn Sunthornyanakij) di kelas bisnis dan Gym (Sunny Suwanmethanont) secara privat.
Pruek adalah pria tampan dari keluarga berada yang pandai berbahasa Inggris. Sebaliknya Gym kesulitan bahkan untuk mengerti kata-kata dasar yang mudah dihafal oleh anak-anak. Namun Gym bertekad untuk menguasai bahasa tersebut demi bisa mengejar Kaya (Sora Aoi) gadis Jepang cantik yang mencampakkannya sepihak setelah mendapatkan pekerjaan di Amerika Serikat.
Mampukah Gym lulus wawancara dalam Bahasa Inggris demi mengejar Kaya dan sanggupkah Pleng bersikap profesional dan tidak jatuh hati pada salah satu dari kedua muridnya tersebut?
Premis yang menarik, skrip yang digarap dengan riset, dan para aktor yang sudah terkenal kualitas aktingnya menjadi keunggulan dari film bergenre komedi romantis ini. Itu sebabnya sepanjang menonton film, saya dan para peserta nonton bareng lainnya dari KOMiK (Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub) yang hadir memenuhi undangan premiere screening pada hari Sabtu, 17 Januari 2015 di Blitzmegaplex Grand Indonesia tak berhenti tertawa.
Berbagai aksi komikal yang khas dan kekuatan dialog yang mereka tuturkan terasa dekat dengan keseharian penonton. Walaupun ini film Thailand, namun konflik yang dialami oleh para tokoh utamanya bisa dialami oleh siapa saja termasuk orang Indonesia sekalipun. Inilah yang membuat penonton terikat dan tak bisa mengalihkan pandangan dari layar lebar, sehingga durasi film yang cukup lama yaitu 122 menit pun berlalu tanpa disadari.
Thailand memang sudah tidak diragukan lagi dalam memproduksi film-film keren terutama untuk genre horror dan komedi romantis. GTH (GMM Thai Hub) yang dikenal sebagai salah satu rumah produksi film berkualitas pun kali ini menyuguhkan tontonan segar yang dapat dinikmati oleh penonton dewasa muda. Dengan skrip yang dijalin baik, plot film terasa mengalir dengan lancar. Apalagi ceritanya diangkat dari hal yang bisa ditemui siapa saja dalam keseharian.
Seorang guru dan murid yang saling menyukai mungkin terdengar klise dan bukan lagi hal baru untuk diangkat ke layar lebar. Namun di sinilah hebatnya para penggarap skrip untuk membuat hal yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa menghibur. Bayangkan, sang murid meski tampan, bodohnya luar biasa dan susah sekali diajari bahasa Inggris yang baik dan benar.
Siapa yang menyangka untuk menemukan kelemahan berbahasa seperti ini pada diri seorang pria tampan? Mungkin tidak ada. Tapi ini menjadi keunikan tersendiri berdasarkan pengalaman sang produser film, Jira Maligool, yang pada suatu hari secara tidak sengaja mendengar percakapan antara seorang tutor bahasa Inggris dengan muridnya di sebuah kafe.