Anjani tidak bisa melupakan salah satu kisah kecilnya. Dimana pada waktu itu ia
mempunyai banyak teman. Â Masing-masing mereka begitu unik, rupa mereka
sungguh beragam, ada yang seperti monster, peri, lalu ada yang mirip manusia.
Tetapi sayangnya, ayah dan ibu tidak bisa menyapa mereka. Hanya Anjani
yang bisa. Di kala anak-anak seumurannya enggan bermain dengannya,
merekalah yang bersedia bermain bersama Anjani. Merekalah kawan bicaranya di saat
Anjani sulit dipahami oleh yang lainnya. Anjani yang seharusnya sudah bisa
membaca dan menulis, justru masih tertinggal jauh dan sulit untuk berbicara
dengan jelas. Bagi orang di sekelilingnya, Anjani dianggap sebagai anak kecil
yang aneh.
Hingga di suatu hari, seseorang mengajak Anjani bermain. Seorang yang pernah dilihatnya
tetapi tidak dikenalnya. Bersamanya begitu nyaman, senyaman ketika ia bermain
bersama Rufus si Monster, atau Lilia si Peri atau Lolita si manusia. Seseorang
yang lebih sabar dari guru di sekolahnya dan lebih perhatian dari ayah
ibu.
Sejak saat itu Anjani mulai terampil membaca dan menulis. Orang-orang tidak lagi
menjauhinya. Dan kini ia mempunyai banyak teman sebaya. Yang bukan lagi
monster, peri ataupun makhluk mirip manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H