Mohon tunggu...
Deardo Gabe Haposan siburian
Deardo Gabe Haposan siburian Mohon Tunggu... -

menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan konspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seberapa Rasiskah Anda?

11 November 2014   20:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seberapa rasiskah diri anda? Jika ditanya seperti itu mungkin kebanyakan dari kita akan mengelak bahwa diri kita bukanlah orang yang rasis dan juga akan menganggap bahwa diri kita tidak akan membedakan seseorang baik itu dari agama, ras ataupun yang lainnya.

Apakah anda masih merasa yakin terhadap diri anda?

Coba anda bayangkan tentang suku jawa, apa yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita, kalau saya sendiri yang akan terbayang adalah sopan, baik, kalem. Bisa dikatakan semua yang terlintas adalah hal-hal yang baik.

Coba anda bayangkan tentang suku Papua atau orang Timur. Apa yang akan pertama kali terlintas dalam benak anda? Apakah yang pertama kali terlintas sopan? Atau kasar? Atau jahat? Atau yang lainnya?

Sebagian orang akan mengasosiasikan bahwa suku papua yang identik dengan kulit hitam legam, mata menyala dan wajah yang kasar akan berpikiran bahwa mereka akan identik dengan kekerasan dan sebagainya.

Ada sebuah tes yang bernama IAT atau Implicit Association Tes, yang dibuat oleh Universitas Harvard yang dapat mengukur seberapa rasis anda. Disana anda akan diminta untuk mencocokkan kata dan gambar. Yang akan sedikit berbeda adalah bahwa anda akan diminta mencocokkan kata dan gambar yang berkaitan dengan sesuatu yang menyangkut ras. Di IAT sendiri bukan hanya untuk tes rasis sebenarnya ada berbagai macam tes kejiwaan yang lainnya. Pertama anda akan diminta untuk mencocokkan gambar wajah seseorang, yang merupakan potongan wajah dari alis sampai bibir atas kedalam 2 kategori yaitu : white people dan black people, untuk yang ini tidak ada kesulitan saya rasa.

Kemudian mencocokkan kata kedalam dua kategori yaitu good dan bad. Contohnya kata Joy, tentunya kita akan memasukkannya kedalam good, tanpa harus berpikir keras.

Lalu mencocokkan kata dan gambar kedalam 2 kategori yaitu white people or good dan black people or bad. Contohnya muncul kata Evil. Untuk saya sendiri saya masih belum menemukan kesulitan yang berarti untuk mengkategorikannya

Lalu ketika diminta untuk mencocokkan kata dan gambar kedalam 2 kategori yaitu white people or bad dan black people or good maka disini saya sendiri menemukan kesulitan apalagi ketika yang muncul adalah wajah orang African American. Untuk memasukkannya kedalam good itu cukup susah Saya sendiri beberapa kali salah dan butuh waktu yng cukup lama untuk memilih, terkadang secara reflek saya memasukkannya kedalam bad.

Tanpa kita sadari bahwa Mindset seperti itu diakibatkan oleh doktrin-doktrin dari berbagai sumber yang telah masuk dan tertanam didalam alam bawah sadar kita. Contohnya jika menonton film terutama film Hollywood yang menceritakan tentang kepahlawanan atau kebaikan jarang sekali kita menemukan tokoh pemeran utamanya diperankan oleh orang kulit hitam. Kita ambil contoh Superman. Jika film superman diperankan oleh orang kulit hitam. Mungkin sebagian ras kulit putih di Amerika akan tidak terima dan memboikot film tersebut. Hal-hal seperti inilah yang membuat pola pikir bahwa sebagian besar ras kulit putih sebagai orang baik

Sumber: https://implicit.harvard.edu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun