Mohon tunggu...
dean zeema
dean zeema Mohon Tunggu... -

saya ayah dari putri yg manis sekali.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gak Sopan! Lampu Merah Koq Diterobos...

15 Desember 2010   14:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:42 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini sebetulnya terinspirasi dari tulisan bung Badrudin Al-Jauhari berjudul "lampu merah" di rubrik sosbud. Trims ya bung...................

Silakan kunjungi di alamat http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/15/lampu-merah/

Kaitannya dengan rubrik agama apa ya?

Kita pahami Lampu Merah adalah salah satu rambu-rambu lalu-lintas yang berarti berhenti. Gak perlu anda tanyakan kenapa harus berhenti, kalau tidak maka berarti SIM anda termasuk yang bayarnya lebih mahal dari biaya yang sudah ditetapkan alias anda tidak ikut ujian alias anda nyogok!

Dalam kehidupan umat beragama Lampu Merah mungkin dapat dipahami sebagai rambu-rambu yang harus dipatuhi bagi semua pemeluk agama agar saling menjaga dan menahan diri.  Menahan diri apa? Menahan diri dari sikap dan perbuatan untuk menyebarkan agama atau keyakinan yang dianutnya kepada orang lain atau umat lain. Sikap untuk tidak menyebarkan agama kepada yang sudah beragama dikhawatirkan dapat mencederai kehidupan harmonis dalam konteks bahwa negara ini adalah negara pancasila. Sikap dan perbuatan untuk menyebarkan agama kepada umat agama lain dapat menimbulkan keresahan sehingga memicu konflik yang dapat merugikan bangsa ini juga.

Ada sebuah fenomena (meminjam bahasa mbak laurentia) jika masuk kepada agama islam (mualaf) maka berarti putih, dan jika keluar dari agama islam (maaf, murtad) maka berarti hitam. Fenomena yang dimaksud yaitu sebuah stigma yang ada dan akrab di masyarakat tentang istilah hitam dan putih yang dimaksud di atas. Fenomena tersebut timbul karena ada motif yang melatarbelakanginya. silakan kunjungi alamat ini

http://agama.kompasiana.com/2010/12/11/ketika-saudaraku-pindah-keyakinan/

Sikap saling menghormati antar pemeluk agama sesungguhnya bukan hanya ditandai dari saling mengucapkan selamat ketika perayaan salah satu agama atau perayaan lainnya. Sikap tsb ditunjukkan justru dengan tidak melakukan perbuatan dimaksud di atas. Apa parameternya perbuatan dianggap tidak mencerminkan perbuatan tsb? Kasih bantuan ntar dicurigain nyebar agama, kasih beasiswa juga begitu, apalagi kasih bantuan mie instan...............pasti orang-orang sudah pada stereotype! Silakan simak percakapan saya dengan kawan saya dibawah ini

Saya : "bagaimana caranya agar bantuan dari orang yg beda agama tidak dicurigain sebagai perbuatan menyebarkan agama kpd yang udah beragama?".

Kawan : jika tidak berdampak pada berubahnya keyakinan atau agama orang yang dikasih bantuan tsb.

Saya: "Wah ini juga masih rancu dan umum sekali, kalau orang yang dikasih bantuan ternyata tersentuh dengan agama yang ngasih bantuan trus dia pindah agama, gimana? khan gak jelas juga parameternya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun