Kawan: " ya lebih baik gak usah kasih bantuan aja dari pada dicurigain terus!!".
Saya : "Wah kalau begitu agama orang yang gak ngasih bantuan berarti agama yang egois karena gak mau saling berbagi dengan yang kesusahan? "
Kawan :"...........(diem+bingung)".
Kawan :Â " ah, kalau gitu gak apa-apa aja"
Saya : gak apa-apa gimana?"
Kawan : "Gak apa-apa kalau yang ngasih bantuan sifatnya perorangan bukan lembaga"
Saya : "koq, bisa gak apa-apa?", tapi khan yang dibantu terakhirnya pindah agama juga. jadi ntar orang-orang pada curiga lagi dong?"
Kawan: abis mau gimana lagi, paling tidak perbuatan tsb tidak sistematis dan melibatkan suatu lembaga tertentu"
Saya : ".............(bingung mau nanya lagi, cari bahan dulu dech).
Kata kunci dari percakapan di atas adalah sistematis. Sistematis dalam kaitan yang dimaksud adalah adanya sebuah rencana yang berkaitan metode, target, tujuan dan pelaksana sistem perorangan atau lembaga tertentu. Selain itu sistematis ini biasanya ada dalang dibalik rencana tersebut dan biasanya motifnya adalah muatan politis. Selain itu, juga da aliran dana yang sifatnya fantastis. Namun apakah sebuah perbuatan dikatakan " menyebarkan agama yang tersistematis", hal tersebut harus dan wajib diselidiki dahulu agar tidak menjadi fitnah dan lagi-lagi menimbulkan keresahan di masyarakat.
Balik pada pemahaman lampu merah tadi, jadi lampu merah adalah sebuah kondisi dimana semua pemeluk agama berhenti untuk tidak melakukan perbuatan menyebarkan agama kepada yang sudah beragama. Tapi, jika kita lihat kondisi yang sebenaranya (lampu merah dalam artian sesungguhnya), banyak lampu merah sudah tidak lagi berfungsi sebagai mana mestinya. Lampu merah sekarang sudah tidak dipahami orang sebagai perintah untuk berhenti. Dilampu merah sekarang banyak dijumpai banyak pedagang, para sopir angkot yang menerobos, dan polisi yang sudah cuek dengan apakah lampu merah dipatuhi atau tidak................RUWET!