Jenis pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah telah ada bahkan sebelum kemerdekaan. Itulah sebabnya banyak istilah untuk menyebut MDT dari Sekolah Arab, Sekolah Sore, dan Sekolah Petang karena jenis pendidikan ini telah ada sebelum dikukuhkan oleh kementerian agama, namun masih perlu adanya riset lebih lanjut dalam melacak asal-usul dari nama-nama tersebut.
Berdirinya Madrasah Diniyah Takmiliyah memiliki latar belakang tersendiri dan kebanyakan didirikan atas usaha perorangan yang semata-mata untuk ibadah, maka sistem dan penyelenggaraannya bergantung pada latar belakang pendiri dan pengasuhnya, sehingga pertumbuhan Madrasah Diniyah di Indonesia mengalami banyak corak dan ragamnya.
Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) sangat penting dalam pendidikan keagamaan islam di tengah masyarakat Indonesia. Mengingat pendidikan keagamaan merupakan salah satu komponen penting dalam pembinaan karakter, akhlak, dan moral dalam menjadi seutuh-utuhnya manusia, maka MDT adalah salah satu ujung tombak pembinaan tersebut di tengah masyarakat.
Dengan kekuatannya dalam menyediakan pendidikan keagamaan islam secara mendalam dan terfokus. Berbeda dengan lembaga pendidikan islam lainnya, MDT berfokus pada pelajaran-pelajaran keislaman yang lebih lengkap dari Fikih, Akhlak, Hadits, Qur'an, Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Tauhid, Tajwid, Tarikh al-Islam, Khat, Imla`, Praktek Ibadah dan seterusnya.
Adapun untuk kurikulum, kurikulum yang diajarkan pada Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagaimana diatur pada pasal 48 Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam, namun demikian, lembaga penyelenggara Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) dapat mengembangkan kurikulum sesuai kekhasan masing-masing berdasarkan kearifan lokal.
Sekolah Arab atau Madrasah DIniyah Takmiliyah memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pendidikan keagamaan islam masyarakat umum. Posisi yang bergandengan dengan masyarakat menunjukkan potensi tersebut. Adanya hak dalam mengembangkan kurikulumnya masing-masing dengan pengaruh latar belakang masing-masing pula menambah khazanah perbedaan antar Sekolah Arab di tiap pulau bahkan daerah.
Juga mengingat posisi Sekolah Arab yang cenderung lebih dekat dengan masyarakat baik posisi dan interaksinya, menjadikan Sekolah Arab sebagai lembaga pendidikan keagamaan islam yang bersifat "Dari masyarakat oleh masyarakat untuk masyarakat". Hal ini memberikan Sekolah Arab posisi penting dalam perkembangan dan pengembangan pendidikan keagamaan islam, khususnya di masyarakat.
Hemat Penulis, potensi yang dimiliki Sekolah Arab harus dimaksimalkan dalam memajukan dan memperbaharui pendidikan keagamaan islam di Indonesia agar sesuai dengan perkembangan zaman dengan tetap menyesuaikan dengan budaya pendidikan di Indonesia. Dari penjelasan tersebut, maka penulis menyatakan Sekolah Arab sebagai solusi yang tepat, namun belum dikembangkan demi tujuan tersebut.
Keberadaan Sekolah Arab saat ini sangat diperlukan dalam membentuk generasi muda ahli agama yang moderat yang dapat menyebarkan Islam Rahmatan lil alamin. Harapannya dengan adanya Madrasah Diniyah Takmiliyah dapat mencegah terjadinya radikalisme di kalangan generasi muda. Pendidikan di MDT memberikan dasar yang kuat bagi peserta didiknya dalam memperdalam ilmu keagamaan islam di jenjang yang lebih tinggi seperti di Universitas dan Ma'had.
Selain pendidikan keagamaan islam bagi anak-anak, Sekolah Arab juga berfungsi sebagai sarana aktivitas keagamaan islam bagi orang tua. Seperti sudah dijelaskan penulis di atas, Sekolah Arab sangat dekat dengan masyarakat.