Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Kaum Muda Eropa Membantu Partai-partai Sayap Kanan Memenangkan Pemilu UE?

10 Juni 2024   12:55 Diperbarui: 10 Juni 2024   14:15 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu Eropa merupakan ajang demokrasi terbesar kedua setelah Pemilu India. Pemilu Eropa diadakan untuk memilih wakil-wakil yang duduk di Parlemen Eropa. Pemilu ini berlangsung di semua negara Uni Eropa antara tanggal 6 dan 9 Juni 2024. Sekitar 373 juta orang di 27 negara telah memilih Parlemen Uni Eropa yang baru. Siapa yang mereka pilih?

jika bertanya kepada kaum muda, sebagian besar dari punya satu jawaban, kelompok sayap kanan.  Kaum konservatif radikal. Gen z Eropa telah menyaksikan (menderita) banyak hal. Pandemi, perang di perbatasan mereka yang mengakibatkan ketidakpastian ekonomi.

Jadi sekarang mereka menginginkan stabilitas dan lebih sedikit imigran. Karena gen z menginginkan lebih banyak lapangan pekerjaan. Sayap kanan menangkap nadi pasar pemilih. Makanya itulah yang dijanjikan oleh kelompok sayap kanan.

Sayap kanan menjanjikan semua ini di Tik Tok dan Instagram. Artikel ini akan menilik bagaimana kaum muda meningkatkan peluang partai sayap kanan memenangkan Pemilu Eropa 2024.

Pada Pemilu Eropa sebelumnya tahun 2019, kaum muda hadir dalam jumlah besar. Mereka memilih partai-partai hijau. Partai-partai yang memperjuangkan kebijakan iklim. Hingga disebut the green wave (gelombang hijau). Berkat kaum muda, partai-partai memenangkan 74 kursi di Parlemen Eropa.

Lima tahun telah berlalu. Dalam rentang tersebut (2019-2024) Eropa telah menyaksikan banyak hal. Mulai dari pandemi COVID-19 hingga perang di perbatasan mereka. Sehingga sentimen telah berubah. Dan tampaknya perubahan tersebut cukup signifikan. 

Secara drastis, generasi muda Eropa tampaknya kini mendukung kelompok sayap kanan. Apa yang tadinya dianggap sebagai pilihan utama generasi Baby Boomer kini menjadi favorit gen Z. Kenapa bisa terjadi? Saya kira bukan karena perubahan ideologi semata, tapi lebih berkaitan dengan keamanan.

Belanda misalnya. Negeri Kincir Angin punya kata kunci baru, yaitu "beste op zee hoogte". Artinya masyarakat ingin punya pendapatan yang stabil, pekerjaan, akses ke layanan kesehatan, dan uang yang cukup untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

sebagian besar pemuda di Eropa tidak punya semua itu. Sebaliknya yang mereka hadapi adalah harga rumah yang mahal, rumah sakit dan universitas yang penuh sesak, dan pasar kerja yang tidak menentu. Semua ini merupakan isu-isu yang ingin mereka atasi.

Namun partai-partai sayap kiri dan tengah di Eropa seringkali hanya menjanjikan penghematan namun tidak ada perubahan di lapangan. Sehingga membuat kelompok sayap kanan menjadi seksi.

Isu besar lainnya adalah migrasi. Pada tahun 2023, sekitar 380,000 imigran masuk secara ilegal ke Eropa. Angka merupakan yang tertinggi sejak tahun 2016. Hal ini juga merupakan isu kontroversial yang belum ditangani oleh Parlemen terkini. Sebaliknya, partai sayap kanan menawarkan kebijakan migrasi yang lebih ketat.

Jadi dukungan terhadap kelompok sayap kanan radikal semakin meningkat. Data menunjukkan bahwa mereka mendapat peningkatan dukungan. Hal ini termasuk AFD di Jerman, National Rally di Perancis, partai Vox di Spanyol, Chega di Portugal, Vlaams Belang di Belgia, dan partai Finns di Finlandia.

Alasan lain dari lonjakan ini adalah kehadiran mereka di media sosial. Para pemimpin sayap kanan melakukan marketing yang lebih baik dalam menarik kaum muda.

Misalnya di Perancis. Partai National Rally mengangkat Jordan Bardella sebagai presiden partai. Usianya baru 28 tahun dan sudah memimpin rapat nasional partai. Bardella juga lebih terhubung dengan kaum muda sehingga punya 1,2 juta pengikut di Tik Tok dan videonya cukup populer di kalangan anak muda. 36% orang Prancis di bawah usia 24 tahun mendukungnya.

Di Italia ada Mateo salvini. Jebolan sayap kanan ini sering berkampanye di Instagram. Timnya membuat vidio tentang migrasi dan gender. Kadang-kadang bahkan tentang hal-hal seperti nanas di Pizza. Mereka juga ingin melindungi orang Italia dari keburukan kuliner.

Di Belgia juga, Vlaams Belang menghabiskan banyak uang untuk mencoba merayu pemilih muda lewat media sosial.

Jadi kelompok sayap kanan Eropa telah menerapkan strategi yang tepat ke tempat yang tepat. Dengan membicarakan isu-isu yang penting bagi kaum muda dan menyuarakannya di platform tempat kaum muda nongkrong.

Namun meskipun strategi mereka mungkin tidak biasa, pertanyaan yang baru akan terjawab beberapa hari ke depan adalah akankah mereka berhasil?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun