Pemilu Eropa merupakan ajang demokrasi terbesar kedua setelah Pemilu India. Pemilu Eropa diadakan untuk memilih wakil-wakil yang duduk di Parlemen Eropa. Pemilu ini berlangsung di semua negara Uni Eropa antara tanggal 6 dan 9 Juni 2024. Sekitar 373 juta orang di 27 negara telah memilih Parlemen Uni Eropa yang baru. Siapa yang mereka pilih?
jika bertanya kepada kaum muda, sebagian besar dari punya satu jawaban, kelompok sayap kanan. Â Kaum konservatif radikal. Gen z Eropa telah menyaksikan (menderita) banyak hal. Pandemi, perang di perbatasan mereka yang mengakibatkan ketidakpastian ekonomi.
Jadi sekarang mereka menginginkan stabilitas dan lebih sedikit imigran. Karena gen z menginginkan lebih banyak lapangan pekerjaan. Sayap kanan menangkap nadi pasar pemilih. Makanya itulah yang dijanjikan oleh kelompok sayap kanan.
Sayap kanan menjanjikan semua ini di Tik Tok dan Instagram. Artikel ini akan menilik bagaimana kaum muda meningkatkan peluang partai sayap kanan memenangkan Pemilu Eropa 2024.
Pada Pemilu Eropa sebelumnya tahun 2019, kaum muda hadir dalam jumlah besar. Mereka memilih partai-partai hijau. Partai-partai yang memperjuangkan kebijakan iklim. Hingga disebut the green wave (gelombang hijau). Berkat kaum muda, partai-partai memenangkan 74 kursi di Parlemen Eropa.
Lima tahun telah berlalu. Dalam rentang tersebut (2019-2024) Eropa telah menyaksikan banyak hal. Mulai dari pandemi COVID-19 hingga perang di perbatasan mereka. Sehingga sentimen telah berubah. Dan tampaknya perubahan tersebut cukup signifikan.Â
Secara drastis, generasi muda Eropa tampaknya kini mendukung kelompok sayap kanan. Apa yang tadinya dianggap sebagai pilihan utama generasi Baby Boomer kini menjadi favorit gen Z. Kenapa bisa terjadi? Saya kira bukan karena perubahan ideologi semata, tapi lebih berkaitan dengan keamanan.
Belanda misalnya. Negeri Kincir Angin punya kata kunci baru, yaitu "beste op zee hoogte". Artinya masyarakat ingin punya pendapatan yang stabil, pekerjaan, akses ke layanan kesehatan, dan uang yang cukup untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
sebagian besar pemuda di Eropa tidak punya semua itu. Sebaliknya yang mereka hadapi adalah harga rumah yang mahal, rumah sakit dan universitas yang penuh sesak, dan pasar kerja yang tidak menentu. Semua ini merupakan isu-isu yang ingin mereka atasi.
Namun partai-partai sayap kiri dan tengah di Eropa seringkali hanya menjanjikan penghematan namun tidak ada perubahan di lapangan. Sehingga membuat kelompok sayap kanan menjadi seksi.