Hari ini aku memikirkan kemarin.
Tentang cinta, kehidupan, dan kehilangan.
Masa lalu dan teman-teman yang telah mendiang.
Hari ini aku memikirkan masa lalu.
Tentang kata-kata keluarga yang tak terucapkan,
dan kata-kata yang seharusnya selamanya ditato di lidah.
Hari ini, ketika aku mengenang kemarin,
Aku merenungkan momen-momen penuh senyuman yang sudah lama berlalu tapi tak pernah terlupakan
dan air mata yang sudah lama penuh namun masih tersimpan pada ember penampung di hatiku.
Senyuman yang menembus jendela waktu, terulang kembali di bibirku hari ini.
Air mata yang penuh di hatiku tumpah ke dalam jiwaku.
Keduanya membasahi mataku dengan kemarin yang menyiksa maupun kucintai.
Hari ini, aku memikirkan hari esok, dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada cinta dan kehidupan kemarin yang hilang.
Melalui pikiran yang tak terucapkan dan kata-kata tidak menyenangkan yang keluar dari lidah bertato yang memudar.
Melalui senyuman dan air mata.
Kemudian aku sadar bahwa semua yang hilang kemarin
membentukku menjadi diriku yang sekarang.
Akupun tersenyum.
Sebab ketika esok tiba,
ketika bintang-bintang memejamkan mata lelahnya dan matahari menyambut pagi dengan senyum bugar,
akan kuseduh hari ini menjadi kemarin baru untuk dinikmati.
Dan hatiku akan bersyukur bahwa hari ini punyaku
hanyalah sekilas tentang siapa aku besok,
sampai menjadi kemarin yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H