Semua puisiku bergantengan tangan meninggalkanku. Aku diajak ke tebing untuk menyaksikan mereka melompat ke dalam jurang tanpa dasar dan nama. Penaku ikut mengering dalam aksi demo mereka. Ia berubah dari pipa inspirasi menjadi batu nisan tanpa nama. Aku melemparkannya ke dalam jurang menyusul para puisi. Mungkin ia bisa hidup kembali di sana, pikirku. Kini aku sendirian tanpa lidah tinta untuk menjilat lukaku.
Oh Tuhan... kenapa mereka melompat ke dasar kedalaman? Adakah yang tahu ke mana arah jurang itu?
Mulai dari awal itu tugas yang panjang. Mungkin mereka ingin aku ikut ke sana...jauuuh ke dasar kedalaman. Yang kubutuhkan hanyalah satu lompatan iman untuk membawa mereka pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H