Saat kata-kata mati, ia terbangun rasa sakit. Tak butuh elegi apa pun. Jeritan abadi muncul.
Wajah-wajah dibentuk. Pencarian nama dimulai. Bagaimana tak mati setelah menjadi lebih bijaksana dari tuhan.
Senyum miring membuatnya nyata. Tak ada keinginan apapun di depan cermin. Riasannya diperuntukan bagi kuil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
"Hanya kata yang membuatnya abadi"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!