Aku selalu rindu caranya menatap segelas kopi di hadapannya;
caranya menutup mata, menggoyang hidung di depan gelas, menarik nafas yang mungkin untuk mengimbangi detak jantungnya yang kian tak karuan atau sekedar usaha menghirup aroma dalam-dalam;
caranya penasaran dengan komposisi racikan dan hasrat keras dari hati yang terdengar dalam senyuman kecil itu -- sesaat sebelum melekatkan bibir ke tepi gelas;
caranya mencumbu bibir gelas sebelum menyeruput, desahan kenikmatan yang terdengar dalam hempasan nafas panjang sesudahnya;
caranya meletakan gelas di atas meja lalu kembali sibuk dengan buku yang sedari tadi dibaca, membiarkan segelas kopi itu menunggu dengan tatapan penuh harapan untuk kembali mengulang semua kejadian tadi;Â
caranya melirik sesekali dengan tatapan menggoda (atau tergoda?), dan caranya menyesuaikan momen cerita di buku dengan seteguk kopi yang masih menunggu dari tadi, yang tak pernah lelah memanggil dan berdoa kepada angin untuk membawa aroma sampai ke pembaca buku yang ku-rindukan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H