Simbol yang kuat dapat menyatukan orang-orang dari keyakinan yang sama sekaligus dapat mengubah mereka menjadi gerombolan impulsif.
Kadang-kadang simbol melekat pada tempat-tempat hingga ke kota-kota yang dianggap suci. Beberapa kota dipercaya mampu menghapus dosa, beberapa merupakan tempat kelahiran dewa dan beberapa berfungsi sebagai markas besar sebuah agama. Tetapi tak ada kota di dunia yang pernah memainkan peran lebih besar dalam sejarah agama seperti yang dimiliki Jerusalem, bagi Yahudi, Kristen, dan Islam.
Mereka menyebutnya kota damai namun sepanjang sejarah Jerusalem sampai hari ini, terkenal sebagai kota konflik.
Jerusalem telah dihancurkan dua kali, berjuang lebih dari 16 kali, dikepung 23 kali, diserang 52 kali dan berpindah tangan beberapa kali.
Jerusalem telah memisahkan orang-orang beragama, juga menyatukan mereka sebagai sebuah penghormatan kepada tanah suci.
Apa yang membuat kota yang begitu istimewa ini menjadi begitu kompleks?
Sejarah Jerusalem sudah tua sangat tua 440 tahun SM atau mungkin lebih dari berabad-abad yang lalu keberadaannya.
Tiga agama besar telah berjuang untuk menguasainya: Yudaisme, Kekristenan dan Islam. Agama-agama Abrahamik atau Samawi, yaitu agama-agama yang memandang Abraham sebagai seorang nabi yang disebutkan dalam ketiga kitab suci mereka Taurat, Injil, dan Quran.
Yahudi dan Kristen menelusuri akar kepercayaan mereka ke putra kedua Abraham, Isak. Sedangkan Muslim menelusuri akar kepercayaannya ke putra sulung Abraham, Ismail.
Penelusuran kepercayaan pada leluhur memisahkan mereka, tetapi Jerusalem telah menjadi satu kekuatan pemersatu yang kalau dalam bahasa Ibrani disebut 'Yerushalayim' yang artinya 'tanah air spiritual orang-orang Yahudi.'
Jerusalem menjadi tempat dua kuil Alkitabiah Yahudi yang berdiri ribuan tahun yang lalu.