Masalah puisi adalah sesuatu yang aku sadari suatu malam saat berjalan di sepanjang pantai Base-G, saat pasir mengusap kaki-telanjang-ku, dan saat pertunjukan bintang di langit.
Masalah puisi mendorong penulisan lebih banyak puisi, lebih banyak Gupi akan memadati akuarium, dan lebih banyak bayi kelinci yang melompat keluar dari induknya ke rerumputan berembun.
Masalah puisi akan berakhir saat harinya akhirnya tiba, ketika kita telah membandingkan segala sesuatu di dunia dengan segala sesuatu yang lain di dunia, lalu tidak ada yang tersisa untuk dilakukan selain diam-diam menutup buku catatan dan duduk dengan tangan terlipat di geladak kapal yang berlabuh di dermaga.
Puisi mengisi-ku dengan sukacita dan aku bangkit semudah bulu yang ditiup angin. Puisi mengisi-ku dengan kesedihan dan aku tenggelam semudah rantai yang terlempar dari jembatan.
Tapi, kebanyakan puisi mengisi-ku dengan dorongan untuk menulis puisi, untuk duduk dalam gelap menunggu api kecil muncul di ujung pensil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI