Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tesaurus

2 Maret 2021   20:56 Diperbarui: 9 September 2021   23:15 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (tangkapan layar kkbi daring)

Bisa jadi nama binatang prasejarah yang menjelajahi bumi zaman Paleozoikum,
Kaki belakangnya besar untuk memamerkan kosakatanya yang besar,
atau kekasih dalam mitos yang bermetamorfosis menjadi sebuah buku.

Artinya adalah perbendaharaan, tetapi ia hanyalah sebuah tempat di mana kata-kata berkumpul dengan kerabat mereka,
sebuah taman besar tempat ratusan reuni keluarga selalu diadakan,
pondok, rumah, balai, tempat tinggal, dan sarang, semua berbagi keranjang piknik dan termos yang sama;
tidak berbulu, berbulu halus, dan kasar
semua bermain kelereng atau gundu bersama;
lembam, statis, tak bergerak, tetap, menganga, berdiri dalam satu barisan untuk foto kelompok.

Di sini ayah bersebelahan bapak
dan anak laki-laki dekat kepada putra,
hanya dipisahkan oleh nuansa makna yang samar.
Dan setiap kelompok punya sepupu yang aneh,
yaitu mereka yang melakukan perjalanan paling jauh untuk berada di sini: saudade, tetikus, polidipsia, atau semacam mereka dengan sebelas suku kata,
perangkat kata ganti yang jarang diucapkan.
Bahkan kerabat sendiri harus memperhatikan label nama mereka.

Aku bisa melihat salinan ku sendiri di rak tinggi.
Aku jarang membukanya, karena  tahu tidak ada hal yang disebut sinonim itu
dan karena aku gugup di sekitar orang-orang yang selalu berkumpul dengan jenisnya sendiri,
membentuk perkumpulan dan memaku tanda di pintu depan yang tertutup
sementara yang lain berkerumun sendirian di jalanan yang gelap.

Aku lebih suka melihat kata-kata keluar sendiri,
jauh dari keluarga dan gudang maknanya,
mengembara di dunia tempat mereka terkadang jatuh jatuh cinta dengan kata yang sama sekali berbeda.
Tentunya, aku pernah melihat pasangan-pasangan ini berdiri selamanya di samping satu sama lain
pada baris yang sama di dalam sebuah puisi,
kapel kecil tempat pernikahan seperti ini, antara orang-orang yang benar-benar asing satu sama lain,
bisa terjadi.

Sorong, 2 Maret 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun