Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Litani

7 Februari 2021   12:59 Diperbarui: 9 September 2021   23:42 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau adalah roti dan pisaunya,
Piala kristal dan anggur.
Kau adalah embun di rumput pagi
dan roda matahari yang terbakar.
Kau adalah celemek putih pembuat roti, dan burung rawa tiba-tiba terbang.

Namun, kau bukanlah angin di kebun,
Zaitun di atas meja,
atau rumah pengkhotbah.
Dan kau pasti bukan udara beraroma pinus.
Juga tidak mungkin udara beraroma gaharu.

Mungkin saja kau adalah ikan di bawah jembatan,
bahkan mungkin merpati di kepala jenderal,
tapi kau bahkan tidak mendekati untuk jadi ladang bunga jagung saat senja.

Dan pandangan sekilas di cermin akan terlihat bahwa kau bukanlah sepatu bot di sudut atau perahu yang tertidur di dermaga.

Mungkin menarik bagimu untuk mengetahui, berbicara tentang gambaran dunia yang berlimpah, bahwa aku adalah suara hujan di atap.

Aku juga kebetulan menjadi bintang jatuh, koran sore yang meniup sebuah gang dan sekeranjang kedelai di atas meja dapur.

Aku juga bulan di pepohonan dan cangkir teh wanita buta. Tapi jangan khawatir, aku bukan roti dan pisaunya. Kau masih roti dan pisaunya. Kau akan selalu menjadi roti dan pisaunya, belum lagi piala kristal dan ... entah bagaimana ... anggur.

Sorong, 7 Februari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun