Pintaku agar mereka meletakan puisi dan menahannya ke arah cahaya seperti slide film
atau menempelkan telinga ke sarangnya.Â
Aku minta, jatuhkan tikus ke dalam puisi dan melihatnya menyelidiki jalan keluar,
atau masuk ke ruang puisi dan meraba dinding untuk saklar lampu.
Aku ingin mereka bermain ski air melintasi permukaan puisi yang melambai pada nama penulis di pantai.
Tapi yang mereka lakukan hanyalah mengikat puisi ke kursi dengan tali
dan menyiksa pengakuan darinya.
Mereka mulai memukulinya dengan selang
untuk mencari tahu apa maknanya yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H