Jika kita berbicara mengenai sejarah, maka yang akan muncul dalam benak kita adalah semua hal pada masa lalu atau semua hal yang mempelajari tentang masa lalu. Tetapi jika kita mempelajari sejarah lebih dalam lagi, kita akan tahu bahwa sejarah tidak hanya belajar tentang masa lalu, melainkan juga belajar tentang masa depan.
Mempelajari masa depan dalam sejarah bisa saja dikatakan sebagai meramal kejadian berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lampau. Seorang sejarawan tidak langsung menyimpulkan ramalannya berdasarkan imajinasinya saja, melainkan dengan menggunakan peristiwa-peristiwa yang sudah ada lalu melihatnya kembali apakah peristiwa tersebut bisa saja akan terjadi lagi dengan melihat tren historis yang pernah ada.
Pemberlakuan PPKM di Indonesia akhir-akhir ini juga bisa dikatakan sebagai buah dari ramalan sejarah. Pemerintah telah belajar bagaimana cara mengatasi kasus lonjakan penderita covid-19 dengan memberlakukan pembatasan mobilitas masyarakat sampai melakukan lockdown mandiri ketika datang hari libur nasional yang dinilai akan ada gelombang besar mobilitas masyarakat dan meningkatkan resiko penularan covid-19.
Walaupun demikian, ada beberapa ramalan yang bukan melihat dari historical trend namun masih banyak orang yang meyakini ramalan tersebut. Contohnya adalah ramalan dari Jayabaya dan Nostradamus. Ramalan kedua tokoh tersebut merupakan ramalan yang banyak berdasarkan intuisi dan buka berasal historical trend yang ada. Kita sendiri harus bisa membedakan ramalan yang berasal dari historical trend dan yang bukan.
Salah satu cara kita untuk membedakan ramalan yang ada, bisa dilihat dari data yang disajikan oleh ahli, apakah data yang disajikan sesuai atau tepat dengan apa yang sudah terjadi atau berdasarkan historical trend yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H