Menurut Irnaningtyas (2016) sel merupakan tingkatan struktural kehidupan terendah yang memiliki semua sifat kehidupan, dari reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan, respons terhadap lingkungan, homeostasis, pemanfaatan energi, pewarisan sifat genetis, dan hal yang lain. Pada organisme multiseluler seperti hewan dan tumbuhan, sel membentuk tingkat struktural yang lebih tinggi yaitu jaringan, lalu gabungan dari jaringan akan membentuk organ, dan gabungan dari organ akan membentuk sistem organ.
Secara struktural sel diklasifikasikan menjadi 2 yaitu prokariotik dan eukariotik. Menurut Irnaningtyas, sel prokariotik adalah sel yang tidak memiliki membran inti yang memisahkan materi genetik yang tersusun secara sirkuler, tetapi materi genetik dalam sel prokariotik tampak terkonsentrasi pada suatu tempat yang disebut nukleoid, salah satu contoh organisme yang memiliki sel prokariotik adalah Archaebacteria, Eubacteria, dan Cyanobacteria. Sedangkan sel eukariotik adalah sel yang sudah memiliki membran inti yang memisahkan materi genetik yang tersusun secara linier, contoh organisme yang memiliki sel eukariotik adalah Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
Sel tumbuhan dan sel hewan merupakan sel eukariotik, namun bukan berarti tidak memiliki perbedaan. Dari ukuran, sel hewan lebih kecil dari pada sel tumbuhan, jika dari struktur, sel tumbuhan lebih teratur dari pada sel hewan, hal ini dikarenakan sel tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa, hemiselulosa, atau pektin yang membantu sel tumbuhan untuk menstabilkan bentuk selnya. Jika ditinjau dari ukuran vakuola, sel hewan memiliki vakuola yang berukuran kecil atau bahkan tidak memilikinya, sedangkan sel tumbuhan memiliki vakuola yang berukuran 80% dari selnya sendiri. Selain itu ada beberapa organel yang hanya dimiliki sel tumbuhan maupun hanya dimiliki sel hewan, seperti kloroplas dan glioksisom yang hanya dimiliki sel tumbuhan, lalu lisosom dan sentrosom yang hanya dimiliki oleh sel hewan.
Banyak pembahasan mengenai sel manakah yang memiliki jangka hidup yang lebih panjang. Sel hewan? Atau sel tumbuhan? Di sini saya akan mengutarakan opini saya, bahwa sel tumbuhan dapat hidup lebih lama dari pada sel hewan, opini ini didukung dengan hasil riset dan kajian pustaka yang telah saya lakukan.
Untuk permulaan saya akan memberikan fakta mengenai fosil tumbuhan tertua dan hewan tertua, dikutip dari www.sciencedaily.com, fosil tumbuhan tertua yang pernah ditemukan adalah sel ganggang merah yang ditemukan oleh peneliti dari Swedish Museum of Natural History, diperkirakan sel ini telah berusia 1,6 milyar tahun, Profesor Stefan Bengtson mengatakan bahwa "You cannot be a hundred percent sure about material this ancient, as there is no DNA remaining, but the characters agree quite well with the morphology and structure of red algae,". Sedangkan untuk fosil hewan tertua yang pernah ditemukan adalah fosil kerang dari perairan Islandia yang ditemukan oleh tim peneliti dari Bangor University's School of Ocean Sciences. Dari penemuan-penemuan fosil itu dapat kita tarik kesimpulan bahwa tumbuhan sudah ada sebelum hewan. Tetapi hal itu belum cukup membantu membuktikan bahwa sel tumbuhan memiliki jangka hidup yang lebih panjang.
Maka saya akan melihat dari segi jangka hidup tertua dari satu hewan dan satu tumbuhan. Untuk hewan saya mengambil Quahog yang merupakan spesies kerang yang diamati oleh peneliti dari Welsh, yang diperkirakan dapat hidup selama 500 tahun. Untuk tumbuhan saya mengambil pohon cemara yang ditemukan pada tahun 2004 di Swedia yang telah berusia 9.500 tahun. Secara tidak langsung kedua hal ini telah memperkuat opini bahwa sel tumbuhan memiliki jangka hidup yang lebih lama.
Selanjutnya saya akan melihat dari sel itu sendiri, yang pertama adalah ada dan tidaknya dinding sel, seperti pada awal pembahasan sel tumbuhan memiliki dinding sel dan sel hewan tidak memiliki, hal itu juga merupakan alasan mengapa sel tumbuhan dapat hidup lebih lama dari sel tumbuhan. Dinding sel sendiri berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk pada sel tumbuhan, selain itu dinding sel juga menyebabkan sel memiliki ukuran yang lebih besar, kaku dan teratur. Jika dilihat dari fungsi dinding sel tentu saja sel tumbuhan lebih tahan dari berbagai situasi. Dikutip dari www.dosenbiologi.com, dinding sel adalah garis pertahanan pertama tumbuhan dari serangan patogen maupun mikroorganisme yang dapat mempengaruhi jalannya aktivitas sel. Dinding sel juga merupakan pengatur tekanan turgor, karena jika kekurangan tekanan maka sel tumbuhan menjadi lembek, tetapi jika kelebihan tekanan maka sel tumbuhan akan hancur dan pecah.
Lalu dilihat dari sumber energinya, sel tumbuhan mendapatkan energi dalam bentuk ATP dari organel khusus dalam sel tumbuhan yaitu kloroplas yang merupakan salah satu jenis plastida. Kloroplas berfungsi untuk membantu proses fotosintesis pada tumbuhan, yang akan menghasilkan glukosa, glukosa inilah yang menjadi komponen utama dalam proses respirasi sel. Di dalam respirasi sel ini akan terjadi pemecahan glukosa (katabolisme karbohidrat) agar dapat diubah menjadi energi yang berupa ATP. Jadi kloroplas merupakan salah satu penyumbang glukosa yang akan digunakan untuk respirasi sel dan dari itulah sel tumbuhan lebih mudah mendapatkan energi yang berupa ATP dari pada sel hewan yang tidak memiliki kloroplas yang tidak dapat melakukan fotosintesis untuk membantu mendapatkan energi. Sel hewan harus mencari glukosanya sendiri, dengan cara menelan sel lain ataupun ke tempat yang mengandung banyak nutrisi, tetapi kedua hal itu hanya dapat terjadi jika sel hewan masih memiliki energi yang cukup untuk melakukannya. Dan dapat dilihat pemakaian energi ATP pada sel hewan dan sel tumbuhan lebih boros pada sel hewan yang lebih banyak mengeluarkan energi untuk mencari sumber energi yang baru.
Walupun kloroplas itu terlihat sebagai salah satu sumber glukosa bagi sel tumbuhan, organel ini juga memiliki kegunaan yang sangat luar biasa ketika bekerja sama dengan nukleus, retikulum endoplasma dan membran sel. Ketika bekerja sama organel-organel ini memegang peran yang sangat besar dalam perlindungan sel tumbuhan, dikutip dari www.ahlisains.com.
Dan saya pertegas dari hasil penelitian dari University of California, yang menyatakan bahwa kloroplas merupakan salah satu unit pertahanan sel tumbuhan, ketika sel dimasuki oleh senyawa pathogen, kloroplas akan bekerja sama dengan nukleus dan akan mematikan sel itu dan memberi "sinyal" kepada sel lain agar dapat mencegah masuknya senyawa pathogen. Lalu kloroplas juga dapat  membentuk stromules dengan sel yang tidak terinfeksi agar meningkatkan daya tahan kedua sel itu.Â
Tetapi hal-hal itu hanya dapat bekerja pada sel tumbuhan, jika sel hewan organel yang akan membantunya mempertahankan diri adalah mitokondria, mitokondria dalam hal pertahanan brfungsi untuk mematikan sel yang dapat membahayan sel yang lain, tetapi mitokondria lebih terkenal sebagai sumber tenaga dari sel hewan dari pada sebagai salah satu organel yang memegang fungsi untuk perlindungan sel. Hal ini tercantum dalam jurnal Developmental Cell.