Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin bertambah membuat kebutuhan energi konvensional sebagai bahan bakar kendaraan juga semakin meningkat dari tahun ke tahun.Â
Diketahui penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil (fossil fueled-based motorvehicle) pastinya akan terus bertambah seiring meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Kebutuhan minyak bumi sebagai bahan bakar kendaraan bermotor tidak akan terus terpenuhi, perlu diingat bahwa minyak bumi merupakan energi non renewable.Â
Sebab itu, dibutuhkan energi pengganti sehingga muncul inovasi baru  yang menawarkan efisiensi penggunaan sumber energi dan emisi gas buang rendah, yakni penggunaan mobil listrik yang digadang -- gadang akan menggantikan mobil konvensional di masa depan. Lalu, benarkah mobil listrik menjadi target pengurangan energi non renewable sekaligus emisi gas?
Permasalahan meningkatnya kebutuhan energi untuk transportasi ditambah permasalahan global warming memiliki tantangan sekaligus peluang tersendiri bagi pemerintah, sehingga Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 yang dikeluarkan Kementrian Perindustrian, pada tahun 2030 produksi mobil listrik ditargetkan mencapai 600 ribu unit dan sepeda motor listrik 2,45 juta unit.Â
Target produksi tersebut diharapkan mampu menurunkan emisi karbondioksida (CO2 ) sebesar 2,7 juta ton untuk kendaraan roda empat dan 1,1 juta ton untuk roda dua.
Presiden Jokowi juga sangat mendukung penggunaan mobil listrik ini, hal ini terbukti saat beliau berkunjung ke ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2022.Â
Beliau berkata "Indonesia harus menjadi pemain penting dalam global supply chain di industri mobil listrik. Indonesia memiliki sumber daya mineral yang sangat besar untuk mendukung pengembangan mobil listrik," kata Jokowi.
Diketahui Indonesia memiliki potensi cadangan komponen utama mobil listrik, yaitu baterai yang melimpah. Menurut Presiden Jokowi, sekitar 60% bagian dari komponen mobil listrik ada pada baterainya. Oleh sebab itu, Presiden Jokowi pun berharap agar pengembangan mobil listrik di Indonesia dapat segera direalisasikan dengan baik dan murah, sehingga mampu bersaing dengan negara lain.
Selain itu, Penggunaan mobil listrik memiliki banyak keuntungan dalam mobilitas masyarakat, selain tidak menghasilkan polusi mobil ini dapat menghemat biaya perawatan karena  tidak perlu mengganti oli, busi, serta check up mesin pendingin secara rutin. Hanya baterai sebagai penopang energi utama yang perlu diperhatikan, di sisi lain juga hemat biaya energi.
Melihat potensi Indonesia untuk mobil listrik di atas, artikel ini bertujuan untuk mengetahui peran dan beberapa hal yang harus dipersiapkan guna menghadapi meningkatnya Kebutuhan Energi Non Reneweble dan Global Warming di Indonesia maupun dunia.
Selain itu, sebagai penambah pandangan dan wawasan baik bagi calon mahasiswa teknik elektro serta khalayak umum, bahwa masalah meningkatnya kebutuhan  energi non renewable dan global warming ini bukanlah hal yang perlu ditakutkan atau menjadi beban namun, menjadi sebuah inspirasi dan inovasi baru, sehingga mampu beradaptasi dengan keadaan saat ini.
Referensi:
https://ugm.ac.id/id/berita/22089-kendaraan-listrik-peluang-bisnis-masa-depan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H