Ibarat sayur tanpa garam, yah.. itulah peribahasa yang cocok untuk perhelatan Moto GP yang didominasi oleh para penggemar Valentino Rossi , tanpa Vale moto GP serasa hambar, Vale sapaan akrab Valentino Rossi yang dilahirkan 35 tahun lalu, di Urbinho Italia tepatnya 16 Februari 1979, berhasil finish kedua setelah melakukan duelnya dengan Marc Marquez, lawanya yang jauh lebih muda darinya, moto GP yang berlangsung di Sirkuit Sepang Malaysia kemarin 26 Oktober 2014 adalah seri yang ke-17, kemenangan pebalap Honda Repsol Marc Marquez, tersebut menyamai rekor yang pernah diukir pebalap legendaris, Mick Doohan.
Vale tetap yang nomor satu di hati.
Sosok Vale memang sangat berkharisma jutaan penggemar menunggu kehadiranya di Sepang, bukan Marc atau Jorge Lorenzo juga Dani pedrosa yang ditunggu, mereka semua menunggu Valentino Rossi sang Idola, Sorakan penonton terdengar keras saat Marc Marquez melewati garis finis. Setelah semua pembalap melintas dan sang jawara melakukan selebrasi, ribuan penonton turun dari tribun dan memadati trek.
Posisi di depan podium menjadi rebutan penonton yang turun ke jalan. Beberapa orang juga nekat naik pagar pembatas. Untuk melihat podium yang berada di atas.
Saat nama pemenang dibacakan, bukan nama Marquez yang menggema di sirkuit Sepang justru nama Rossi.
"Rossi, Rossi, Rossi," teriak penonton yang turun di trek dan di tribun.
Hingga selebrasi selesai, nama Rossi masih juga diteriakkan. Ia pun memberikan lambaian tangan kepada para penggemarnya itu. Dan ternyata tidak hanya ingin mendekati podium, tidak sedikit penonton yang berfoto selfie di trek. Meski ribuan penonton merangsek turun ke arena balapan, tidak terjadi kerusuhan dan penonton kembali dengan tertib.
Diketahui Marquez memperoleh kemenangan ke-12 dan mengalahkan duo Yamaha, Rossi, dan Jorge Lorenzo. Marquez mengoleksi 337 poin, Rossi 275 poin, sedangkan Dani Pedrosa gagal finis setelah dua kali crash mengumpulkan 230 poin. Rossi memang dilahirkan untuk menjadi pembalap, Ia tumbuh dilingkungan yang sangat mendukung kariernya. Ayahnya, Graziano Rossi adalah seorang pembalap besar dimasa ’70-an. Otomatis ia besar dilingkungan yang kental atmosfer balap. Ketika anak-anak seusianya asyik dengan mainannya, Rossi bermain dengan motor balap sungguhan di tengah paddock pembalap ternama Luca Cadalora ataupun Loris Reggiani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H