Grasi yang dberikan oleh Jokowi, kepada mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar di era Susilo Bambang Yudoyono (SBY) baru-baru ini, seperti menerima bom waktu bagi SBY.
SBY menanggapi grasi yang diberikan Presiden Jokowi kepada Antasari, di media sosial miliknya, SBY mengira bahwa grasi yang diberikan tersebut, punya motif politik dan ada misi untuk serang dan mendiskreditkan SBY. https://nasional.tempo.co/read/news/2017/02/14/078846453/twit-sby-kaitkan-antasari-dengan-grasi-dari-jokowi
Pernyataan ini menyusul setelah keluarnya pernyataan sang mantan KPK yang dimuat secara ekslusif di media elektronik, sentiment politik ini menambah panasnya suhu politik Indonesia sekarang ini. Pernyataan yang dibuat Antasari membuat banyak orang awam tercengang, ada beberapa nama yang disebut antasari membuat kita mengerenyitkan dahi seolah tak menyangka. Tapi inilah wajah politik Indonesia. Seakan akan memang bola panas itu berputar disitu-situ saja, dan yang membuat masalahpun dilingkaran itu saja.
Antara pernyatan Antasari maupun klarifikasai yang disampaikan oleh pihak “Cikeas”, kita semua tidak tahu mana yang harus dipercaya, Antasari mantan narapidana telah dihukum penjara selama delapan tahun, masa sih beliau mau mengeluarkan pernyataan yang tidak benar, apa lagi itu sangat beresiko , karena pernyataannya itu membahayakan posisi, dan harga diri mantan orang nomer satu di Indonesia.
Sebaliknya klarifikasi yang dikeluarkan oleh SBY, bisa jadi itu benar, kita tahu siapa SBY selain beliau poltikus ulung, beliau juga mantan Presiden RI Ke-6, bantahan SBY menyebutkan pernyataan Antasari itu adalah serangan yang sadis, sehari sebelum hari “H”pilkada Gubernur DKI, dimana anak sulung SBY mencalonkan diri. Sangat ironis sekali melihat pemandangan ini.
Fenomena ini jangan sampai ujung-ujungnya lari ke Jokowi, karena bila ini terjadi, justru akan mendikreditkan Jokowi sebagai Presiden, bila memang masalah yang disebutkan Antasari itu ada, apakah pemberian grasi tersebut untuk membuka dan meluruskan benang merah yang terputus saat itu. Ataukah memang pemberian grasi tersebut murni diberikan kepala negara terhadap terpidana, hanya untuk meringankan hukumannya atau memang grasi ini sarat bermuatan politik didalamnya. Adakah yang salah dengan grasi kali ini ?
Kita tunggu saja nanti pasti akan terkuak siapa actor dibalik semua ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H