Mohon tunggu...
Dea Nabilah Putri
Dea Nabilah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Ekonomi Global akibat Perang Rusia-Ukraina

2 Juni 2022   21:09 Diperbarui: 13 Juni 2022   14:04 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kamis, 2 Juni 2022

Tepat 24 Februari 2022, Rusia melancarkan operasi militer berskala besar ke Ukraina, hal tersebut berdampak di sejumlah kota besar di Ukraina. Akibat adanya serangan pada saat itu terdapat 137 tewas dan 316 mengalami luka, hingga saat ini invasi tak kunjung reda yang berdampak pada sector ekonomi global. Terlebih lagi kondisi ekonomi saat ini mengalami pemulihan akibat covid-19. Dimana pandemic covid-19 berlangsung selama kurang lebih dua tahun. Dampak ekonomi global pasca pandemic yakni penuruna pertumbuhan ekonomi global, yang menyusut hingga 1%, pasar saham yg terjun bebas. Dimana para investor enggan untuk berinvestasi.

Invasi Rusia-Ukraina ini tidak hanya berdampak pada perekonomian dikedua negara tersebut, namun imbasnya keseluruh dunia. Sebagai contoh harga minyak mentah yang sudah naik sejak Maret 2021. Pada tahun 2022 minyak tanah menembus US$86/barel. Faktor dari kenaikan minyak tanah tersebut yaitu adanya lonjakan permintaan global yg tidak sejalan dengan kenaikan produksi serta keterbatasan pasokan. Begitu Rusia menyerang Ukraina secara otomatis harga minyak dunia melonjak melampaui US$100/barel serta saham Asia-Pasifik, Wallstreet dan Eropa mendadak anjlok.

Rusia sendiri merupakan produsen minyak terbesar ketiga dan produsen gas alam terbesar ke-2 dunia. Rusia mampu mengekspor 70% gas ke Eropa melalui pipa di Ukraina. Dengan terbentuknya pasar 12% Rusia merupakan salah satu produsen minyak global terbesar. Bagaimana cara Rusia ekspor minyak ? Yaitu melalui system pipa Transneft via Belarus dan Ukraina yg menghubungkan ladang minyak Rusia-Eropa serta Asia. Sebagai kawasan yang mengandalkan pasokan gas dari Rusia, energi merupakan salah satu sektor strategis yang berdampak besar bagi perekonomian Eropa. Selain kenaikan harga minyak dan gas, harga batu bara baru di Bursa ICE Newcastle telah meroket hingga US$ 270 per ton. Meski kenaikan ini tentu menguntungkan bagi emiten batu bara, namun akan merugikan sektor industri yang mengandalkan batu bara sebagai bahan bakar, seperti semen, keramik, baja, logam, dan bahan pondasi. Dampak nyata langsung terasa di beberapa negara di Eropa, China dan India yang sebagian masih mengandalkan batu bara untuk pembangkit listrik. Uni Eropa (UE) menanggapinya dengan menjatuhkan sanksi kepada Rusia di bidang ekonomi, sistem keuangan, dan perbankan. UE juga membekukan aset dan memblokir akses ke bank. Teknologi dan akses pasar juga merupakan kunci ekonomi. Keputusan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat inflasi Rusia. Rusia adalah salah satu mitra dagang terbesar UE, senilai 174,3 miliar pada tahun 2020. Impor UE mencapai 95,3 miliar euro, didominasi oleh bahan bakar dan pertambangan, terutama minyak. Mengingat pangsa pasar Rusia yang besar di Eropa, posisi Uni Eropa sebagai investor terbesar di Rusia, dan surplus perdagangan Rusia dengan Eropa, respon Uni Eropa diperkirakan akan menekan Putin untuk mengakhiri invasi. Sejauh ini, dampak langsung agresi ini masih di tingkat regional (negara tetangga Rusia dan Eropa). Namun, krisis yang berkepanjangan sangat mungkin mempengaruhi ekonomi global, mengguncang pasar keuangan dan mendorong harga bahan bakar dan komoditas terkait. Harapan untuk pemulihan ekonomi dari pandemi menjadi kenangan yang jauh.

Sanksi Ekonomi Rusia
Sanksi bertujuan melumpuhkan perekonomian Rusia guna menggagalkan serangan di wilayah Ukraina. Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), Kanada, Jepang, dan Taiwan masing-masing menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Serangkaian sanksi Rusia ditargetkan pada bank, kilang minyak, dan ekspor militer.

1. Amerika Serikat
Presiden AS Joe Biden telah memberlakukan sanksi luas terhadap Rusia untuk memisahkannya dari ekonomi dunia. Amerika Serikat telah memberikan sanksi kepada Rusia dengan memperkenalkan tindakan khusus terhadap Tycoon, melacak aset mewah seperti kapal pesiar, bank komersial dan bank negara Rusia, dan memperkenalkan sanksi pada kerabat dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sanksi baru AS telah melarang ekspor teknologi kilang, sehingga menyulitkan Rusia untuk memodernisasi kilang minyaknya. Pekan lalu, Amerika Serikat dan sekutunya juga melarang beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran SWIFT internasional. Biden juga mengatakan Amerika Serikat siap menjatuhkan sanksi jika Rusia melangkah lebih jauh.

2. Uni Eropa
Uni Eropa telah memberlakukan sanksi terhadap Rusia dengan membatasi akses Moskow ke pasar modal Uni Eropa. Dua puluh tujuh negara Uni Eropa juga telah memberlakukan beberapa sanksi terhadap Rusia dengan melarang kegiatan ekspor. Paket sanksi
AU terhadap Rusia bertujuan untuk menyebabkan "kerusakan serius" pada ekonomi negara Putin. Bank Sentral Rusia dikenakan sanksi Uni Eropa. Selain itu, Uni Eropa ditujukan untuk anggota parlemen Rusia yang mendukung persetujuan wilayah pemisahan Ukraina. 

Serta sanksi dari beberapa negara lainnya seperti, Inggris, Kanada, Korea Selatan, Swiss, Republik Ceko, Jepang, Jerman, Taiwan dan Ukraina. Selain sanksi ekonomi, kurs mata uang negara kita juga berdampak Nilai tukar rupiah melemah di tengah kekhawatiran meningkatnya inflasi global akibat invasi Rusia ke Ukraina. Mata uang Rupiah turun 12 poin (0,08%) menjadi Rp14.374 per US$, dibandingkan Rp14.362 per US$ pada akhir transaksi sebelumnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun