Berawal dari rasa penasaran dengan perangkat Virtual Reality (Realitas Maya) milik seorang kawan, saya mencobanya dengan mengunjungi beberapa situs yang menawarkan kunjungan ke ruang VR.
Memasuki dunia realitas maya saat itu merupakan pengalaman pertama. Saya seolah-olah melihat langsung obyek yang berada dalam sebuah ruang, secara tiga dimensi, meskipun tidak bisa menyentuhnya.
Pengalaman menjelajah ruang maya ternyata tidak sebatas eksplorasi ruang atau tempat. Museum Nasional Finlandia bahkan menawarkan penjelajahan interpretasi seni. Karya lukis maestro abad ke 19, ditampilkan dalam reka tiga dimensi. Dengan tajuk Time Travel Using Virtual In The National Museum Of Finland, kita akan dibawa memasuki "The Opening of The Diet 1863 by Alexander II" karya RW Ekman. Karya lukis yang menceritakan sejarah awal mula penerapan demokrasi Finlandia itu ditampilkan secara detail, sehingga kita seolah-olah berada dalam satu ruang bersama para aristokrat dan pelopor demokrasi Finlandia.
Teknologi VR diramalkan oleh Dr. Michio Kaku, seorang futurolog ternama, akan menjadi guncangan teknologi berikutnya. Dunia bisnis, pendidikan, sosial, game, seni, dan berbagai bidang akan mengalami revolusi akibat penerapan teknologi VR. Tidak heran prusahaan teknologi ternama saat ini berlomba-lomba melakukan riset, agar menjadi yang terdepan dalam bidang VR ketika VR booming di kemudian hari.
Di Indonesia sendiri, penjelajahan VR sudah diterapkan oleh Museum Nasional Indonesia. Meskipun belum semaju Museum Nasional Finlandia, karena masih terbatas menawarkan penjelajahan ruang. Langkah Museum Nasional merupakan tonggak awal penerapan VR bagi dunia pendidikan, sejarah, seni dan pariwisata di Indonesia.
Bidang pariwisata Indonesia, khususnya wisata sejarah, memiliki banyak potensi dan ruang pengembangan untuk penerapan teknologi VR. Indonesia merupakan negara tempat bersemayamnya banyak candi bersejarah. Ratusan candi tersebar di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan, hingga Bali dan Nusa Tenggara.Â
Sayangnya, hanya beberapa candi besar yang menarik minat pengunjung, sisanya karena tidak cukup menarik minat pengunjung, terbengkalai, dan tidak terpelihara. Bahkan sebagian candi, dan relief bersejarah yang terpahat di dindingnya, pudar terkikis waktu, rusak oleh bencana alam dan tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Perlu langkah pelestarian, baik nyata maupun secara virtual.
Langkah awalnya bisa dimulai dengan pemetaan dan pendataan candi di Indonesia dalam sebuah situs besar yang menampung data setiap candi. Mulai dari data lokasi candi dalam koordinat bumi, ukuran kompleks candi, lokasi candi dari kota terdekat, cara mencapai candi, data arca, detail relief setiap candi, keterkaitan sejarah dengan candi-candi lainnya, hingga biaya tiket masuk atau tarif penginapan terdekat di sekitar candi.
Pemusatan data candi dalam satu situs ini penting agar wisatawan penikmat sejarah, atau akademisi sejarah, tidak terdistraksi, saat mengunjungi berbagai situs candi tersendiri. Orang yang ingin mengetahui detail candi di Indonesia cukup mengunjungi satu situs resmi yang dikelola oleh badan khusus milik pemerintah.