Masih ada gap yang lebar antara falsafah, fatwa dan kebutuhan praktis pelaksanaan ekonomi syariah.
Hambatan semacam itu belum termasuk tantangan untuk mengembangkan budaya pelayanan dan strategi pengembangan usaha. Bagaimana pun juga industri keuangan merupakan industri jasa, pelayanan adalah panglima. Jujur saja, jika anda seorang muslim, anda akan memilih jasa bank syariah yang sulit dicari ATM dan kantor cabangnya atau bank konvensional yang ATM dan kantor pelayanannya tersebar di mana-mana?
Ketika negara seperti Inggris beberapa tahun silam sudah mencanangkan diri untuk menjadi pusat ekonomi syariah di Eropa dengan menerbitkan sukuk negara, ekonomi syariah Indonesia masih berkutat dengan persoalan fundamental perbankan. Belum lagi kita bicara persaingan dengan negara tetangga seperti Malaysia atau Thailand, harapan ekonomi syariah masih jauh panggang dari api.
K.H Ma'ruf Amin bukan orang baru di dunia ekonomi syariah. Bukan orang yang baru belajar ekonomi saat dicalonkan sebagai wapres. Beliau adalah salah satu pionir ekonomi syariah Indonesia. Ketua Dewan Syariah Nasional MUI yang berwenang mengeluarkan fatwa-fatwa praktik ekonomi syariah. Beliau juga ketua dewan pengawas syariah di berbagai lembaga keuangan, termasuk sebagai ketua dewan syariah Bank Muamalat Indonesia yang tadi saya singgung.
Karirnya di dunia ekonomi syariah merentang sejak duduk di bangku kuliah hingga detik ini, ketika usia beliau menginjak 75 tahun. Artinya, pengalamannya di bidang ekonomi syariah sudah lebih dari 50 tahun. Sepertinya tidak ada orang lain di Indonesia yang memiliki pengalaman dan kapasitas keilmuan dalam bidang ekonomi syariah melebihi beliau. Sehingga kehadirannya sebagai wapres menerbitkan secercah cahaya harapan terhadap tumbuh kembangnya ekonomi syariah Indonesia.
Bagi saya, sebagai pribadi, sebagai umat muslim, dan sebagai pengamat ekonomi amatir, janji K.H Ma'ruf Amin untuk mengembangkan ekonomi syariah adalah janji yang perlu kita tunggu dan pantau pelaksanaannya. Sebuah Pekerjaan Rumah yang menjadi harapan kaum muslim untuk bisa diwujudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H