Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Keamanan Keuangan Kita Dimulai dari Jari

8 Mei 2019   21:41 Diperbarui: 8 Mei 2019   22:21 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: punching.com

"Siang hari saat lewat di depan warteg saya seperti dihipnotis untuk masuk warteg, pesan makanan, lalu setelah kenyang, baru tersadar kalau ini Bulan Ramadhan".

Humor ini ramai beredar di media sosial.

Menjelang idul fitri, bukan cuma pekerja yang membutuhkan Tunjangan Hari Raya (THR) loh. Penjahat juga. Maling juga. Mungkin para koruptor juga.

Tanyakan warga kampung atau perumahan, biasanya saat ramadhan memperketat penjagaan di sekitar tempat tinggalnya. Karena saat ramadhan lebih banyak maling yang melakukan aksinya.

Ada kisah seorang kenalan saya. Satu keluarga ramai-ramai menjalankan shalat isya dan tarawih di masid tidak jauh dari rumahnya. Antara masjid dengan rumahnya hanya terpisah satu rumah. Begitu pulang shalat, ternyata rumahnya berantakan diobrak-abrik maling.

Tidak hanya kejahatan fisik semata, kejahatan finansial juga mengincar kita di bulan ramadhan yang suci ini. Seiring perkembangan teknologi, transaksi keuangan berkembang sangat pesat. Ingat, penjahat juga butuh THR.

Alasannya, Idul fitri identik dengan THR itu. Tabungan pekerja mendadak gendut, karena mendapat "pemasukan tambahan".

Dengan "pemasukan tambahan" itu, selain memenuhi kebutuhan mereka, jiwa konsumtif para pekerja juga biasanya meningkat pesat. Belanja berbagai macam barang menjadi hal yang lumrah.

Hari ini, ketika setiap orang bisa bertransaksi hanya bermodalkan smartphone, kita dimanjakan dengan berbagai sarana belanja. Cukup beberapa kali klik, barang yang kita inginkan sudah sampai di pintu depan.

Sayangnya, kemudahan berbelanja itu juga membuka celah bagi pelaku kejahatan finansial untuk menjalankan aksinya.

Ada yang menggunakan modus dengan toko fiktif. Biasanya mereka memasang harga sangat murah untuk menarik pembeli. Mereka begitu meyakinkan, bahkan mungkin melakukan hipnotis jarak jauh untuk membuat calon pembelinya terperdaya. Begitu uang sudah ditransfer, barulah pembeli sadar sudah ditipu. Istilah paling populernya adalah fraud. Mungkin anda sudah familiar dengan istilah ini. Penipuan belanja online adalah salah satu jenis fraud, selain berbagai macam fraud lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun