Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi Catur Jokowi, Anatoly Karpov dan Garry Kasparov

19 Februari 2015   06:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika Presiden Jokowi mengumumkan pembatalan pelantikan Budi Gunawan sebagai Kapolri, sekilas ingatan saya mengenang pertarungan legendaris dua pecatur dunia terbaik di eranya yang hingga kini masih kontroversial. Garry Kasparov melawan Anatoly Karpov.

Anatoly Karpov dikenal sebagai The Black Widow. Strategi caturnya rapi dan posisional. Ia melangkahkan buah caturnya seperti seekor laba-laba memasang jaring. Nampak tidak berbahaya, tapi satu kesalahan paling kecil lawannya akan dimanfaatkan tanpa ampun. Saat lawan sadar sudah terlambat, mereka terjebak dan nyaris tidak bisa bergerak.

Sementara Garry Kasparov terkenal sebagai pecatur paling lengkap dan dinamis. Langkah-langkah caturnya seperti seekor Macan Kumbang, mengendap-endap penuh kesabaran, lalu pada saat paling menentukan ia menyergap mangsanya.

Selama satu bulan ini kita seolah dimanjakan berita tentang kisruh KPK-Polri dengan berbagai varian langkah catur di tampuk kepemimpinan negeri ini. Calon tunggal kepala polisi yang jadi tersangka, anehnya DPR yang notabene dipenuhi “lawan” politik presiden justru meloloskan pencalonan tersebut. Sampai pada puncaknya pemimpin KPK yang ditangkap paksa dan menjadi tersangka, hingga berujung riuhnya pra peradilan.

Mantan pejabat, pengamat, sampai komentator warung kopi hampir semuanya turun gelanggang dengan berbagai analisa. Dari dugaan tekanan Ibu Nyonya Meneer, permainan intelejen, terbuktinya boneka, tuduhan melindungi koruptor, dan banyak spekulasi bertiup kencang tanpa arah.

Tapi presiden yang sejatinya paling memiliki wewenang seolah mengulur waktu. Malah mengungsi ke luar negeri ketika banjir bandang melanda Jakarta.

Begitu juga Sang Ibu, yang di masa tuanya lebih tidak banyak bicara, seperti biasa hanya melempar senyum. Tidak menanggapi berbagai tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Padahal partainya tengah dilanda bahaya, karena tiadanya ketegasan dari “anak emas” yang didorong menjadi presiden dan nihilnya konfirmasi darinya makin memperburuk citra partai.

Tapi, mengamati perjalanan politiknya seharusnya kita mafhum. Bukankah memang seperti itulah watak Ibunda? Di tengah tekanan dan kekisruhan dia selalu menarik diri dan menunggu hingga segalanya tenang.

Hari ini, akhirnya kita menyaksikan sebuah skak dari langkah catur Presiden Jokowi. Di luar dugaan, beliau membatalkan pelantikan mantan ajudan Sang Ibu yang sudah menang di pertempuran pra peradilan. Bahkan di saat banyak wakil rakyat memaksanya untuk segera melantik BG.

Seperti permainan catur, dalam politiknya Presiden Jokowi belajar dari Sang Ibu. Ia bersabar, diam, tidak tergesa-gesa meskipun didesak dan dipaksa untuk segera melangkah oleh berbagai pihak. Menunggu, menyaksikan setiap pemain bergerak, saling tuduh, saling baku hantam dan menunjukan motif tersembunyi setiap pemain.Lalu di saat terakhir dia membuat keputusan mengejutkan.

Sebagai pemain catur rumahan amatir yang sudah bertahun-tahun tidak bermain catur, saya tidak tahu apakah strategi Jokowi meniru langkah Garry Kasparov “Sang Macan Kumbang” atau Anatoly Karpov “Si Laba-laba Black Widow”. Satu kesamaan dari strategi dua Grand Master catur tadi adalah kesabaran. Mereka mengamati, menunggu hingga saat paling menentukan untuk melakukan langkah mematikan. Seperti Jokowi yang menunggu saat menentukan untuk melakukan skak pada KPK dan Polri sekaligus. Kita tunggu saja, apakah hanya skak biasa atau skak mat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun