Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pendewasaan Idealisme Musik One Room Dan Komersialisasi Lagu

1 Maret 2015   23:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:18 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagu yang bagus ternyata belum menjamin sebuah lagu bisa meraih pendengar yang cukup banyak supaya lagu tersebut bisa memiliki nilai komersil. Sehingga setelah penciptaan lagu, penyusunan lirik, dan aransemen musik, masih butuh proses panjang sebelum sebuah lagu bisa diterima masyarakat.

Apa dan bagaimana strategi “Komersialiasi Lagu”supaya lagu karya musisi mendapat sambutan masyarakat? Itulah pengalaman yang hendak dibagikan One Room, band pendatang baru jebolan Meet The LAbels, kepada pecinta musik tanah air melalui acara Kompasiana Ngulik 27 Februari lalu. Band yang beranggotakan Aden (Gitar), Firdaus (Drum), Leo (Bass), Reza (Gitar), dan Ulil (Vokal), benar-benar terlibat dalam proses metamorfosis salah lagu karya mereka saat dipoles Seven Music agar lebih diterima masyarakat.

[caption id="attachment_400330" align="aligncenter" width="690" caption="One Room full formation di acara Kompasian Ngulik. Firdaus, Aden, Ulil, Leo dan Reza"][/caption]

Aden, yang sore itu bertindak sebagai juru bicara One Room, menceritakan bagaimana mereka terpaksa harus merubah sebuah lagu sesuai arahan Seven Music. Sempat ada perdebatan dan pertentangan batin internal One Room terkait idealisme musik mereka, sebelum menuruti permintaan tersebut. Setelah tampil dari panggung ke panggung, membawakan lagu band-band terkenal, hingga sempat kehilangan salah satu anggotanya, One Room meyakinkan diri bahwa karier musik mereka harus menapaki anak tangga berikutnya.

Mereka sepakat melonggarkan idealisme, jika melakukan perubahan memang yang terbaik untuk kelangsungan karya musik mereka. Sebab tanpa pendengar, suatu musik akan hilang. One Room percaya Seven Music lebih memahami kebutuhan publik musik dan mampu memperkenalkan One Room kepada khalayak lebih luas.

Kami harus menurunkan ego” ungkap Aden to the point.

Lagu “Takut Kehilanganmu” kemudian dirubah, reff-nya disusun ulang, dipermak, serta dipoles di beberapa bagian, hingga hasil akhirnya benar-benar berbeda dengan konsep awal dan menjadi single “Pergilah”. Single ini kemudian menjadi andalan One Room yang dirilis di radio sejak bulan November 2014.

Bulan Desember 2014 , single “Pergilah” sudah masuk chart di radio wilayah Indonesia Timur” tutur Angga dari label Seven Music.

[caption id="attachment_400331" align="aligncenter" width="597" caption="si cantik Nadia dengan Angga dari Seven Music"]

1425201488758609105
1425201488758609105
[/caption]

Bagi Angga sendiri, komersialisasi lagu bukanlah hal yang terlalu sulit asalkan musik yang akan dijual materi aslinya berkualitas.

Asal kita tahu mau ke mana di jual, pasti laku” tegas Angga. Sebab musik adalah seni, dan dalam karya seni tidak ada ukuran benar-salah, apresiasinya tergantung siapa yang menilai dan selera siapa.

Di mata Angga, secara materi kualitas One Room sudah mumpuni, dengan jam terbang manggung tinggi kemampuan bermusik One Room jauh di atas rata-rata. Tapi saat pertama melihat penampilan One Room, Angga melihat One Room sebagai  sebuah band panggung sejati. Lagu-lagu karya One Room tercipta untuk berinteraksi dengan keramaian, begitu menyala dan hidup ketika dinyanyikan di atas panggung.

Tetapi kebutuhan orang berbeda untuk momen tertentu. Meskipun hebat di panggung, lagu One Room belum tentu diterima orang yang sama ketika sedang menyetir kendaraan, terjebak kemacetan atau saat bersantai di rumah. Sehingga perlu penyesuaian agar lagu One Room lebih komersil dan bisa diputar juga di radio” tutur Angga panjang lebar.

Kami menawarkan 20 lagu yang menurut kami terbaik, justru yang diterima oleh Bang Angga untuk recording lagu jelek yang kami letakkan di folder terpisah” kenang Aden, disambut tawa seluruh personel One Room.

Menurut pandangan Seven Music, dalam komersialisasi lagu label berfungsi seperti jembatan yang menghubungkan antara musisi dan karya-karya terbaiknya dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu  Seven Music menjalankan setiap upaya promosi yang mungkin dilakukan. Diantaranya, memanfaatkan jaringan radio. Seperti telah disebutkan, single “Pergilah” berhasil menembus chart di tangga lagu radio Indonesia timur.

[caption id="attachment_400332" align="aligncenter" width="438" caption="Aden, personel One Room paling bawel :D"]

1425201611425729141
1425201611425729141
[/caption]

Meskipun bisnis Ring Back Tones (RBT) pernah tepuruk, RBT masih menjadi salah satu sarana promosi Seven Music. Khusus RBT selain mempererat kerjasama dengan operator, pemetaan sebaran penggemar dapat menjadi nilai plus RBT. Populasi 25 juta penduduk Indonesia yang melek internet, juga cukup efektif menjangkau penggemar. Satu digit persentase penikmat musik dari internet saja sudah sangat besar jumlahnya dan berpengaruh pada popularitas lagu.

Menjawab pertanyaan tentang peran media dan budaya imitasi musik, Angga berpendapat baik media online maupun offline memiliki pengaruh cukup besar. Meskipun demikian, Seven Music tetap menekankan pada orisinalitas dan kualitas musik, baru kemudian memoles hal-hal lain di luar musik seperti penampilan personel band. Sehingga peran media adalah sebagai partner, bukan alat untuk mencari sensasi dan menjual gosip agar cepat dikenal. Menggarisbawahi peran media sosial (medsos), Angga mengatakan pengaruh medsos di era digital sangat besar bagi komersialisasi sebuah lagu.

Bagi Angga, kegagalan mengkomersilkan sebuah lagu adalah karena kekeliruan treatment (perlakuan). Jika karya musiknya memang berkualitas pada dasarnya tidak ada kegagalan. Satu atau dua lagu yang belum memiliki banyak pendengar tidak bisa menggambarkan kesuksesan bermusik. Strategi “boros single” adalah salah satu cara untuk menyiasati kepadatan era digital.

Biasanya setelah 5 single sebuah band atau musisi akan mulai dikenal masyarakat, lalu mereka mencari single-single sebelumnya”. Kata Angga optimis.

Aden menambahkan di samping mengandalkan bantuan label, One Room juga berupaya melakukan promosi offline. Diantara usaha tersebut adalah dengan membentuk komunitas atau dengan manggung bersama band lain yang sudah memiliki komunitas penggemar.

[caption id="attachment_400334" align="aligncenter" width="700" caption="diwakili Ulil, One Room menerima plakat dari Kompasiana yang diserahkan Iskandar Jet "]

14252017901550963642
14252017901550963642
[/caption]

Sebagai penutup acara Kompasiana Ngulik, selain single “Pergilah” One Room juga menyanyikan satu lagu panggung andalannya. Ternyata aura lagu dengan karakter asli One Room memang beda, karena penguasaan panggungnya lagu "Bisa Gila" One Room terasa lebih memancarkan energi. Mendengarkannya selain merasakan kekuatan One Room sebagai band dengan pengalaman panggung tinggi, saya semakin memahami makna“Komersialisasi Lagu”. Dalam pandangan pribadi saya, “Komersialisasi Lagu” adalah kompromi antara musisi dengan masyarakat dalam sebuah simbiosis mutualisme.

[caption id="attachment_400335" align="aligncenter" width="700" caption="kualitas musikal panggung One Room menghentak melalui lagu Bisa Gila "]

1425202143387763011
1425202143387763011
[/caption]

Di satu sisi musisi ingin bisa berkreasi menghasilkan karya musik berkualitas yang mewakili idealisme dan identitas sang musisi. Sementara di sisi lain ada pertimbangan kebutuhan masyarakat akan lagu-lagu yang menghibur dan menemani mereka di sela lelahnya pekerjaan dan penatnya kehidupan. Mengelola hubungan dan mendekatkan jarak antara karya seni dengan nilai komersil inilah label berperan penting, agar musisi bisa bernafas panjang, hidup melalui musik, dan terus menghasilkan karya berkualitas.

Bagi musisi, menjaga keseimbangan antara berkarya sesuai panggilan hati dengan menghibur masyarakat adalah sebuah keharusan. Walau pun penting untuk menghasilkan karya yang berhasil secara materi atau sukses secara komersil, yang lebih penting dari itu adalah memberikan karya orisinil terbaik yang bisa dinikmati khalayak. Mengutip kata-kata Angga dari Seven Music: “Kesuksesan komersil lagu akan mengikuti ketika karya musiknya berkualitas”.

Aksi musik One Room bisa dilihat di : https://www.youtube.com/watch?v=WWrRgZrz3pk atau bisa diikuti aksi-aksi terbarunya di @OneRoom_band dan @Sevenesia.

[caption id="attachment_400336" align="aligncenter" width="658" caption="Kompasianer foto bareng One Room"]

14252022732022302282
14252022732022302282
[/caption]

Note: Judul dirubah untuk menghindari kemiripan judul dengan tulisan lain (Bang Han).

Bogor, 01 Maret 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun