Dulu waktu masih kuliah bisa dibilang bulan ramadan itu bulan yang pengeluarannya paling banyak. Bukan buat beli baju, buku atau barang duniawi lainnya. Tapi, kebanyakan pengeluaran untuk makanan. Beli jajan buat takjil, beli makanan buka puasa yang dipengenin seharian, sampai mengiyakan semua ajakan bukber yang kadang nggak kira-kira banyaknya.Â
Sebagai manusia introvert yang suka ketemu orang (tapi nggak bisa ngobrol lama), aku bakalan seneng banget menerima ajakan bukber. Dari teman SD, SMP, SMA, kuliah, sampai beberapa komunitas yang aku ikuti, rasanya semuanya dulu aku iyakan. Kalah deh jadwal artis papan atas yang lagi road show. Â
Menjadi PemilihÂ
Sejak satu tahun belakangan, semua itu berubah. Entah kenapa memasuki usia itu, banyak hal yang mulai bikin pusing dan capek. Aku pribadi rasanya jadi lebih pemilih siapa yang bakalan aku temui dan hubungi.Â
Apakah orang tersebut bisa mengimbangi energiku atau nggak?Â
Apakah aku bakalan jadi makin bersemangat setelah ketemu dia atau justru jadi makin capek?
Apakah ketemu dia aku bakal lebih leluasa cerita apa aja tanpa merasa dihakimi atau nggak? Â
Dan banyak pertimbangan lainnya.Â
Semakin bertambahnya usia aku jadi semakin memahami diriku sendiri. Termasuk apa yang sedang dibutuhkanan tubuh, seperti inspirasi, motivasi, atau lainnya. Dan ternyata nggak apa-apa menjadi seorang pemilih dalam hal pertemanan.Â
Justru kita harus menjadi pemilih. Karena pada akhirnya, orang-orang yang kita temui akan memberikan dampak pada kehidupan kita tanpa disadari. Positif atau negatif. Kalau sadar sih bagus bisa langsung putar haluan, lha kalau nggak sadar udah ada di jalur yang salah kan repot. Dan hal ini hanya kita yang bisa menentukan.Â