Mohon tunggu...
Dea Kuseptriani
Dea Kuseptriani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi saya memasak apa saja

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kehangatan yang Telah Pergi

30 September 2022   07:47 Diperbarui: 30 September 2022   07:58 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Saat aku duduk di kelas 8 (2 SMP) di tahun 2019. Tepatnya saat itu aku sedang mengikuti Ujian Kenaikan Kelas (UKK), sekaligus juga pada saat itu ibuku meninggalkanku untuk selama-lamanya.
 Saat itu aku sedang mengerjakan soal ujian di ruangan 09, lalu sekitar pukul 9.30 WIB ada seorang adik tingkat yang menghampiriku ke ruangan tersebut dengan sopan ia berkata kepada pengawas yang sedang mengawas saat itu "Assamuallaikum ibu, maaf ini saur ibu heny (wali kelas) bade ka teh dea saurna di piwarang ka ruang guru ngahadep ibu heny". Dengan perasaan kaget aku pada saat itu aku merasa binggung sekali, ada apa ya aku di panggil ke ruang guru untuk menghadap ke guru wali kelasku? dengan penuh rasa penasaran, akupun ikut dengan adik tingkatku untuk menuju ke ruang guru.
 Setelah tiba di ruang guru, akupun di kejutkan oleh kedatangan pamanku  ke sekolah "Hah..ko itu kan ada om aku ada apa ya ia datang kesekolah?" tanyaku kepada diriku sndiri. Lalu aku pun menghampiri pamanku lalu bertanya"Aya naon om kesini?" dan paman pun tidak mengeluarkan satu katapun kepadaku. Dan aku pun di panggil oleh Wali kelasku dan aku untuk masuk ke ruangannya   "Tok..tok..tokk.." suara pintu di ketuk.
"Assamuallaikum ibu, aya naon nya? ibu miwarang abdi kadie ngahadep ibu?" Kata ku sambil memasang raut wajah penuh dengan rasa binggung.
"Jadi kieu dea, cing sabar nyaa..!!" kata beliau smbil memelukku.
"Ayeunamah uih we nya, bereskeun barang-barang sakola uih ngiring sareng om, si mamah atos ngantosan di bumi" beliau melanjutkan obrolan sambil menepuk bahu kananku.
 Saat itu aku masih heran ada apakah ini? apa yang sedang terjadi?
 Lalu akupun bertanya lagi kepada pamanku "Om aya naon sih? kunaon si mamah? mamah dea kunaon?" kata ku sambil menghampiri pamanku dengan raut wajahku yang sudah memerah menahan rasa ingin menangis. Dan paman pun masih tetap sama, ia tidak menjawab pertanyaan dariku tetapi ia bilang "Hayuu...we uih hela de, mamah tos ngantosan di bumi, teu kunanaon mamah mah kur hoyong pendak sareng dea ayeuna. Hayu uih nya bageurr" kata pamanku membujukku untuk ikut pulang ke rumah. Dan akupun membereskan peralatan sekolahku dan langsung pulang.
 Saat perjalanan pulang, aku masih tetap merasa binggung dengan apa yang akan terjadi?
 Ketika sudah dekat dengan rumahku, aku kembali di kejutkan oleh banyaknya orang yang berdatangan dan adanya bendera berwarna kuning berkibar di depan rumahku. Lalu aku pun melihat sekitar untuk memastikan ada apa sih yang sedang terjadi? aku lari kedepan pintu, dengan rasa penasaranku yang semakin menjadi-jadi.
 Saat aku berjalan diam di depan pintu, dan pada akhirnya semua rasa penasaranku pun terjawab, aku melihat dengan jelas di depanku ibuku yang sudah terbaring kaku dengan memakai baju berwarna putih dan segumpal kapas di hidungnya.
 Perasaaanku saat melihat itu sangatlah terpukul, jiwa ragaku bagaikan ikut terbang bersamanya. Saat itu aku menangis sejadi-jadinya, karna di tinggalkan oleh orang yang paling aku sayang untuk selama-lamanya. Tetapi di sisi lain aku sangat terpukul karna tidak bisa menemaninya untuk hari trakhirnya di dunia ini.
 Hari demi hari aku lalui tanpa sosok seorang ibu, terkadang aku selalu merasa iri dengan teman-temanku yang dimana di masa remajanya penuh dengan kehangatan seorang ibu di sampingnya. Tetapi di sisi lain juga aku sudah mengikhlaskannya untuk pergi selama-lamanya karna di dunia ini masih ada seorang ayah yg selalu menemaniku dan seorang kaka perempuanku yang bisa menggantikan sesosok seorang ibu, walaupun tidak terasa sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun