Mohon tunggu...
Dea Adhista
Dea Adhista Mohon Tunggu... -

amateur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Undangan? Aku Sih, No!

29 Mei 2014   09:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa hari setelah pengumuman Seleksi Masuk Perguruan Negeri Tinggi (SNMPTN) dikeluarkan oleh pemerintah, banyak siswa-siswi SMA yang dilanda gelisah gara-gara jurusan yang dipilihnya tidak tembus perguruan tinggi yang diinginkan. Menangis, pingsan, luapan emosi yang menjadi, bertengkar bahkan mungkin bentuk ekspresi kecewa lainnya yang keluar dari setiap anak yang tidak lolos seleksi undangan. Luapan perasaan kecewa adalah hal yang sangat wajar, terlebih ketika dihadapkan pada keadaan di mana teman satu sekolahmu yang bisa dikatakan prestasi akademiknya berada di bawahmu, lolos dan menjadi mahasiswa undangan di perguruan tinggi pilihannya. Sakit, kecewa, merasa hidup ini tak adil adalah sah-sah saja jika memang merasakan hal seperti itu. Namun,  masih ada pula siswa-siswi yang menerima 'penolakannya' dengan berlapang dada, berdoa kepada yang Maha Kuasa bahwa ini mungkin memang bukan rezekinya, dan lanjut ikut bimbingan belajar sana-sini. Ada, ada juga yang seperti itu.

Bagi saya pribadi, yang memang masuk perguruan tinggi melalui jalur tulis, merasa bahwa jalur undangan adalah satu-satunya jalur yang kredibilitasnya patut dipertanyakan. Mengapa? Pertama, dari tahap seleksi pihak penyelenggara tidak secara gamblang menjelaskan aspek apa saja yang menjadi point penilaian untuk kelayakan mahasiswa penerima undangan. Hal ini menyulitkan para pendaftar untuk mempersiapkan diri dalam menjalani proses penyeleksian ini. Kedua, tidak ada pemberitahuan mengenai kuota kursi bagi setiap sekolah di setiap perguruan tinggi yang tersebar. Apakah memang disediakan kursi untuk undangan atau memang bagi sekolah tertentu perguruan tinggi tertentu memang tidak menyediakan kursi undangan dan hanya menerima lewat jalur lainnya. Ketiga, seperti tahun-tahun sebelumnya, hal utama yang menjadi sorotan dalam penerimaan mahasiswa undangan adalah nilai rapor siswa semasa sekolah menengah atas. Tidak perlu dijelaskan lebih jauh, pasti para pembaca sudah mengetahui bahwa sulit untuk mengetahui secara pasti apakah nilai yang ada di rapor siswa adalah murni nilai yang ia dapatkan atau sudah ditambah dengan babibu angka-angka cantik lainnya. Jelas hal ini menjadikan SNMPTN Undangan adalah salah satu hal yang patut ditinjau ulang kredibilitas serta kelayakannya.

Satu hal yang selalu saya tanamkan dalam diri saya dan mungkin bisa menjadi motivasi bagi siswa-siswi yang masih berjuang untuk mendapatkan kursi di perguruan tinggi yang diinginkannya adalah yakinlah, ketika Tuhan menghendakimu untuk tidak mendapat gelar mahasiswa secara cuma-cuma, itu berarti Tuhan percaya bahwa kamu jauh lebih mampu untuk melewati tes lainnya dibanding teman-temanmu yang kini tinggal duduk manis menikmati gelar barunya tanpa bermandi peluh sepertimu. Semangat mengejar impian. Pantang menyerah karena selalu ada jalan bagi mereka yang memiliki usaha dan keyakinan yang kuat :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun