Mohon tunggu...
Agnes Dea Benedicta
Agnes Dea Benedicta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Saya merupakan pribadi yang senang dalam dunia seni, memiliki hobi dalam dunia tarik suara dan tari. Saya selalu tertarik pada hal-hal yang sifatnya baru bagi saya. Saya juga senang berada dalam sebuah komunitas, senang berkomunikasi serta berinteraksi dengan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampanye Tak Kasat Mata: Redupnya Praktik Women Support Women di Indonesia Masa Kini

15 Juni 2024   15:48 Diperbarui: 15 Juni 2024   16:09 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Women Support Women" bukanlah sebuah istilah yang asing bagi kita. Di beberapa tahun terakhir ini, istilah ini seringkali diutarakan oleh banyak perempuan di Indonesia terutama di sosial media. Sebenarnya, apa maksud dan makna dari "Women Support Women" ini? 

Women Support Women merupakan sebuah aksi, gerakan, atau kampanye dari feminisme. Sesuai dengan artinya, kampanye ini menggambarkan dukungan dan solidaritas antar perempuan di seluruh dunia yang bertujuan untuk menguatkan tali persatuan dan kesatuan perempuan demi memperjuangkan SDGs ke 5 yakni Gender Equality atau Kesetaraan Gender. 

Kampanye ini memiliki makna yang mencakup aspek emansipasi, pemberdayaan, dan penciptaan komunitas yang kuat di antara perempuan. Lewat kampanye ini, kita, antar perempuan, diajak untuk saling mendukung, menghormati, dan menghargai satu sama lain untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif khususnya dalam mengatasi stigma sosial terkait peran gender dalam bermasyarakat. 

Dalam penerapannya di Indonesia, Women Support Women disambut baik oleh perempuan-perempuan Indonesia. Mereka menerima, memahami, mempelajari, bahkan menerapkan kampanye tersebut di kehidupan sehari-hari. Banyak perempuan Indonesia yang telah menyadari bahwa seringkali terjadi pembatasan ruang gerak perempuan dalam berkarya di Indonesia (yang adalah bentuk kemunduran bagi kaum perempuan dalam mewujudkan Gender Equality). 

Maka dari itu, mereka sadar bahwa dibutuhkan dukungan sesama perempuan untuk menciptakan kehidupan yang lebih seimbang. Namun, dalam praktiknya, masih terdapat beberapa perempuan Indonesia yang belum menyadari pentingnya penerapan Women Support Women di kehidupan sehari-hari. Ketidaksadaran inilah yang justru dapat menghambat bahkan membuka masalah baru dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya bagi seorang perempuan.

Praktik Women Support Women ini pada dasarnya harus berdasarkan kemauan dan kesadaran diri sendiri dalam menghadapi sebuah isu, terutama isu ketidaksetaraan. Sayangnya, di Indonesia sendiri justru banyak yang belum memiliki kesadaran ini. Jelas bahwa kampanye Women Support Women ini jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah "perempuan dukung perempuan." Artinya, kita sesama perempuan sudah seharusnya mendukung satu sama lain tanpa memandang latar belakang. 

Tetapi, kenyataanya sangat bertolak belakang dari hal tersebut. Di masa kini, ditemukan banyak perempuan yang justru menghina sesama perempuan. Miris bukan? Namun, itulah kenyataannya. Hal tersebut banyak ditemukan di berbagai sosial media, seperti TikTok, Instagram, Twitter, dan media sosial lainnya.  

Sebagai contoh nyata, akhir-akhir ini banyak ditemukan berbagai komentar negatif dari banyak "netizen" perempuan untuk perempuan yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan apapun. Ia dihujat karena fisiknya yang sebenarnya tidak patut dipermasalahkan. Terdapat komentar-komentar dengan istilah menghina bahkan melecehkan secara tidak langsung seperti "auranya magrib,", "tobrut," "kalau kurusan sedikit pasti cantik," dan istilah atau kalimat negatif lainnya yang sebenarnya hanya karena warna kulit atau bentuk badannya yang tidak sesuai dengan standar kecantikan perempuan Indonesia. 

Sungguh miris, untuk cantik saja terdapat standar yang terkesan memaksa karena tuntutan sosial yang terus mengikat perempuan secara tidak langsung. Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan. Apakah mereka yang menghina sesama perempuan itu tidak memahami dampaknya? Apakah mereka tidak mampu untuk berpikir positif? Apakah mereka sama sekali tidak bisa mendukung perempuan lainnya? Kurasa tidak. 

Redupnya dukungan antar perempuan ini dapat terjadi karena berbagai faktor, baik itu yang berasal dari dalam ataupun dari luar. Faktor dari dalam artinya yang berasal dari diri sendiri, seperti timbulnya rasa iri dengki, insecure, menganggap orang lain sebagai saingan, merasa dirinya paling baik, tidak adanya tekad untuk mau berbuat kebaikan yang akhirnya mengarah pada kebiasaan yang tidak sehat. Hal-hal seperti inilah yang justru membuat seseorang berani menghina orang lain. Mereka ingin menjatuhkan perempuan lain dengan tujuan agar dirinya merasa lebih baik. Keadaan tersebut juga didukung oleh faktor yang berasal dari luar, seperti faktor lingkungan sekitar. Faktanya, lingkungan yang baik akan menghasilkan seseorang yang baik juga, begitupun sebaliknya.

 Apabila di dalam lingkungan tersebut tidak bisa menghadirkan rasa kekeluargaan, minim solidaritas dan toleransi, serta tidak bisa menghormati atau menghargai satu sama lain, maka akan menghasilkan seseorang yang kemungkinan akan memiliki sifat-sifat tidak baik tersebut juga. Hal ini kembali lagi mengarah pada kebiasaan. Seseorang akan terbiasa melakukan hal-hal yang tidak baik pada sesama apabila lingkungannya tidak mampu menggambarkan dan mengajarkan hal-hal yang baik sejak dini. Kebiasaan inilah yang akan membuat seseorang tidak merasa bersalah apabila melakukan suatu hal yang sebenarnya salah di mata umum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun