Mohon tunggu...
Dea Aulia Zafitri
Dea Aulia Zafitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Politeknik Negeri Padang Jurusan Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Barito Kampuang, Salah Satu Adat Minangkabau yang Sudah Jarang Dilakukan

10 Juli 2023   14:05 Diperbarui: 10 Juli 2023   14:12 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Minangkabau merupakan daerah yang masih sangat kental dengan adat istiadatnya. Adat Minangkabau adalah salah satu warisan budaya yang kaya dan memiliki nilai-nilai yang tinggi, termasuk kesetiaan, gotong royong, dan penghormatan terhadap leluhur dan tradisi. Salah satunya adalah Barito Kampuang, sebuah acara adat yang berasal dari salah satu daerah di Minangkabau tepatnya di Nagari Koto Laweh, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok. 

Barito Kampuang ini dulunya tidak hanya di lakukan di Nagari Koto Laweh saja, banyak Nagari khususnya Kabupaten Solok  yang melakukan acara adat ini, namun seiring berjalannya waktu, Barito Kampuang sudah mulai jarang di lakukan oleh orang-orang, hanya beberapa Nagari saja yang masih mempertahankan acara adat Ini sampai sekarang.

Barito Kampuang adalah praktik adat Minangkabau yang dilakukan sebelum acara pernikahan, Barito kampuang sendiri artinya memberitakan kepada orang kampung bahwa akan diadakannya pernikahan. Acara ini melibatkan Niniak Mamak 3 suku untuk merundingkan pernikahan yang akan dilangsungkan, Acara ini diadakan di rumah mempelai perempuan 2 hari sebelum acara pernikahan.

Barito kampuang merupakan salah satu acara adat yang penting dalam sebuah pernikahan. Dapat dikatakan bahwa bisa tidaknya pernikahan dilangsungkan dan diterima secara adat tergantung dari acara ini. Jika sebuah keluarga telah melaksanakan Barito kampuang, pernikahan bisa dilangsungkan. Kemudian, pernikahan juga baru bisa dilangsungkan jika hasil pembicaraan selama barito kampuang memperlihatkan bahwa tidak ada dari anggota keluarga yang akan melangsungkan pernikahan yang melanggar adat. Adapun yang berperan penting dalam barito kampuang ialah niniak mamak, tungganai, dan urang sumando yang ada di daerah tersebut. Sementara itu, kaum ibu akan mempersiapkan makanan untuk acara tersebut.

Namun, sayangnya, praktik ini sudah mulai ditinggalkan di beberapa daerah, karena berbagai alasan. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penurunan popularitas Barito Kampuang adalah perubahan sosial dan ekonomi. Masyarakat modern cenderung tidak mau ribet dengan rangkaian acara yang begitu banyak, banyak dari mereka yang menyederhanakan rangkaian acara-acara adat istiadat sebelum pernikahan dengan tidak melakukan banyak ritual, mereka cenderung melakukan yang inti-inti saja, padahal acara-acara adat itulah yang menunjukkan perbedaan adat minangkabau dengan adat-adat lain di Indonesia.

Selain itu, pengaruh globalisasi dan modernisasi juga berperan dalam merubah pandangan masyarakat terhadap adat tradisional seperti Barito Kampuang. Nilai-nilai Barat dan gaya hidup yang lebih modern sering kali dianggap lebih relevan dan diadopsi oleh generasi muda, sementara adat-istiadat tradisional kadang dianggap kuno atau tidak relevan lagi. Hal ini dapat menyebabkan pengabaian terhadap praktik seperti Barito Kampuang.

Padahal, dengan adanya acara-acara adat tersebut justru akan membuat tali silaturahmi antar sesama semakin erat, berkumpul dan berdiskusi memecahkan masalah, bergotong royong, tertawa dan bercanda tentu akan membuat hubungan menjadi lebih erat.

Meskipun fenomena ini dapat disayangkan, perubahan adalah bagian alami dari kehidupan dan perkembangan sosial. Namun, penting untuk mempertahankan dan menghargai warisan budaya kita. Praktik Barito Kampuang memiliki makna yang dalam dan memberikan pelajaran berharga tentang solidaritas, gotong royong, dan pentingnya saling bertukar pikiran dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, upaya perlu dilakukan untuk melestarikan dan menghidupkan kembali praktik ini, baik melalui pendidikan, kesadaran masyarakat, atau kegiatan budaya yang melibatkan generasi muda.

Mengenal dan mempelajari adat daerah seperti Barito Kampuang adalah cara untuk menghormati dan memperkaya identitas budaya kita. Dengan menghargai dan mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam adat tradisional, kita dapat menjaga keberlanjutan warisan budaya kita dan mewariskannya kepada generasi mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun