Tahun 2020 dunia gempar dengan penemuan virus baru yang berasal dari Wuhan, Cina dimana virus ini menyebar dengan sangat cepatnya. Negara-negara di dunia termasuk Indonesia turut berdampak dari virus ini sehingga pemerintah membuat kebijakan untuk melakukan semua kegiatan seperti bersekolah ataupun bekerja dari rumah. Sejak saat itu sampai tahun 2021 tanjakan penularan Covid-19 justru semakin menanjak dan tidak terlihat kapan akan berakhir. Slogan-slogan seperti work from home, social distancing, stay at home masih terus digemakan agar dapat menekan laju penularan covid-19.
Di era globalisasi ini tentunya teknologi semakin maju sehingga memudahkan umat manusia terutama di dalam kondisi Covid-19 ini, karena seluruh kegiatan semuanya dilakukan di rumah. Sekolah tatap muka kini digantikan dengan kelas online atau virtual. Kelas online pun dimudahkan dengan adanya aplikasi-aplikasi penunjang belajar seperti Zoom, Wassap, Google Classroom, dan media pembelajaran lainnya.Â
Selain itu kemudahan dalam memahami pembelajaran dapat dibantu dengan kelas-kelas online non-formal. Sebagaimana yang dikemukakan Setyosari (2015:7-8) bahwa pembelajaran melalui jaringan memiliki potensi-potensi, antara lain: kebermaknaan belajar, kemudahan dalam mengakses, dan peningkatan hasil belajar.Â
Dalam belajar secara online baik siswa ataupun mahasiswa dapat berhubungan dengan teks, gambar, suara, data, dan video dua, arah dengan para pengajar. Tutorial tatap muka diganti dengan perantara aplikasi belajar yang diharapkan menunjang hasil belajar siswa menjadi bagus.
Bisa dibilang saat ini pembelajaran tanpa sekolah telah menjadi menjadi kenyataan. Seperti yang dikemukakan Illich bahwa learning web dapat mengubah cara belajar masyarakat.Â
Namun ada hal-hal yang tidak dilihat bahwasannya untuk dapat mengakses aplikasi-aplikasi dan web tersebut tentunya harus memiliki teknologi yang menunjang seperti handphone, laptop, dan jaringan internet yang kencang. Lalu bagaimana apabila ada orang yang tidak memiliki alat-alat tersebut?Â
Tentu saja mereka harus membelinya, yang tentu saja harga-harga tersebut tidak bisa dibilang murah. Solusi untuk bersekolah dan belajar dari rumah dinilai salah satu cara yang efektif untuk terhindar dari paparan virus, namun keefektifan tersebut hanya bisa dirasakan oleh mereka dari golongan atas yang dengan mudah mendapatkan apapun.
Lalu bagaimana dengan mereka anak-anak miskin di perkotaan dan anak-anak di daerah terpencil dan di pedalaman? Faktanya sebelum pandemi ini ada anak-anak di daerah-daerah sulit untuk mendapatkan pendidikan, penyebabnya tentu saja kemiskinan dan pendidikan yang tidak merata.
Pendidikan Online dan Pandemi Bagi Mereka Yang Tidak Mampu   Â
Sumber Daya Manusia adalah aset utama dalam membangun dan memajukan bangsa. Khoe Yao Tung (2002:2) menyatakan bahwa "keberhasilan pendidikan suatu bangsa merupakan salah satu aspek keberhasilan pemerintahan suatu negara. Dengan itu keberhasilan pendidikan merupakan landasan perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat suatu bangsa. Oleh karena itu pendidikan adalah aspek terpenting bagi kemajuan suatu bangsa. Meskipun keadaan seperti ini, apapun cara dilakukan agar anak-anak mendapatkan pendidikan, pembelajaran dilakukan seinovatif mungkin melalui media daring.Â
Pendidikan Indonesia bisa dibilang maju tapi itu hanya di kota-kota besar tapi tidak di daerah-daerah terpencil dan pedalaman, untuk menempuh perjalanan mereka harus melalui perjalanan berbahaya mengancam nyawa, fasilitas-fasilitas umum tidak tersedia untuk memudahkan mereka. Begitupun pendidikan, mereka harus belajar di gedung sekolah yang hampir roboh, kekurangan buku, dan juga kekurangan guru.Â