Mohon tunggu...
Dea Aprilia
Dea Aprilia Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

"Apapun yang kamu lakukan, lakukan dengan sebaik mungkin." - Walt Disney

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

E-Learning Sudah Berjalan Efektif atau Memberatkan Siswa

1 Mei 2020   20:57 Diperbarui: 15 Mei 2024   22:22 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh : Dea Aprilia

Semua negara di belahan bumi sedang dilanda ketidakpastian akibat virus corona atau covid-19 ini. Virus yang datang pada akhir tahun 2019 sampai saat ini telah menelan ribuan jiwa di seluruh dunia, Indonesia pun termasuk. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah yang untuk memutuskan mata rantai virus ini, salah satunya adalah pemberlakuan PSBB atau pembatasan sosial berskala besar di Indonesia atau bisa dibilang sebagai semi lockdown. Berbeda di negara lainnya yang menerapkan full lockdown sehingga benar-benar tidak ada aktivitas manusia di luar. Penerapan PSBB atau sosial distancing ini mengakibatkan dampak yang luar biasa besar bagi sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Mulai dari ekonomi yang banyaknya pemecatan pegawai sampai bidang lain seperti pendidikan juga terkena imbasnya. Untuk mencegah penularan yang semakin meluas pemerintah memutuskan untuk meliburkan semua pelajar dari jenjang SD, SMP, SMA bahkan hingga mahasiswa yang membuat semua kalangan baik guru ataupun orang tua menjadi kelimpungan. 

Pemerintah memutuskan meliburkan bertemu langsung bukan berarti pelajar libur dan bisa bermain melainkan tetap harus belajar di rumah diawasi orang tua. Biasanya para guru atau dosen menyediakan presensi untuk diisi pelajar sebagai tanda mereka mengikuti pembelajaran jarak jauh. Namun masalah bukan hanya sampai situ, tidak memungkiri bahwa masih banyak kalangan yang masih gagap dengan teknologi. Padahal teknologi seperti handphone dan laptop adalah dua benda wajib dalam menjalankan pembelajaran daring. 

Gagapnya teknologi banyak ditemukan pada para pengajar generasi 1980 ke atas yang mau tak mau memaksa mereka untuk belajar menggunakan aplikasi android untuk bisa mengajarkan materi kepada para pelajar. Diolah dari data Asosiasi Penyelenggara jasa internet Indonesia (APJII), manusia yang melek teknologi di Indonesia baru sekitar 40-60% itu pun berada di kota-kota besar dan bagi mereka yang berada di pedesaan dan pedalaman jelas teknologi belum menyentuh mereka. Sebuah berita menyatakan bahwa ada seorang guru yang rela berpindah dari rumah ke rumah siswanya karena siswa tersebut tidak mempunyai handphone ataupun alat teknologi lainnya. Hal ini jelas menunjukkan jika pembelajaran daring ini lebih condong ke arah memberatkan dan hanya sedikit keefektifannya (dalam praktiknya).


Aplikasi-aplikasi penunjang pembelajaran daring ini sebut saja Google Classroom, Zoom, Telegram, bahkan ruang chat seperti Wassap juga digunakan. Selain guru banyak anak murid yang juga tidak paham menggunakan teknologi tersebut, terutama para siswa di tempat pedalaman dan terpencil. 

Berbagai aplikasi penunjang pembelajaran daring mulai dari Google Classroom, Zoom, Telegram sampai ruang chat seperti Wassap digunakan untuk tempat pembelajaran. Selain gagapnya teknologi yang dialami banyak pihak, belum lagi soal apakah para pelajar memahami materi yang diberikan atau sekadar memahami saja? Apakah para guru dan dosen memberikan metode pembelajaran yang tepat kepada anak muridnya? Banyak pihak yang mengeluhkan soal itu, menurut mereka para guru atau dosen memberikan tugas setiap pertemuan di pelajaran yang berbeda bahkan ada yang memberikan dedline atau batas pengumpulan yang sangat singkat. Namun metode pembelajaran yang diberikan justru tidak jelas, kebanyakan para guru hanya memberikan PDF dan menyuruh muridnya membaca, tapi tentunya tidak semua mau membaca. 

Yang berikutnya adalah siswa atau mahasiswa mengeluhkan tentang perbedaan pembelajaran tatap langsung dan pembelajaran jarak jauh, dimana jika tatap langsung mereka mudah menyerap materi sedangkan PJJ ini materi yang diberikan sulit sekali untuk dicerna dan dipahami. Belum lagi mengenai aplikasi yang memakan banyak kuota, contohnya seperti Zoom. Covid-19 ini seperti yang tadi dijelaskan sangat berdampak pada perekonomian, para orang tua siswa maupun mahasiswa pastinya tidak dapat bekerja sehingga mereka tidak dapat penghasilan apalagi jika pekerjaan yang mengharuskan berada di jalan. Dengan itu pelajar mengeluhkan bahwa mereka tidak punya uang atau tidak diberikan uang sehingga aplikasi yang memakai kuota berlebih sangat memberatkan mereka ditambah dengan jaringan internet yang berbeda di setiap wilayah menambah beban bagi mereka. 

Wawancara online saya dengan siswa kelas 11 SMA berinisial WP membeberkan keluhannya atau kurangnya sekaligus kelebihan dengan E-Learning ini. 

"Ada kelebihan dari pembelajaran jarak jauh ini yaitu semisal di kelas kan anak-anak kebanyakan malu untuk aktif di kelas bahkan bertanya atau menjawab pertanyaan namun kalau pembelajaran online ini kepercayaan diri mereka meningkat dan justru lebih aktif. Sebut saja jika menggunakan grup Wassap banyak sekali siswa yang aktif dan mengeluarkan pendapat. Dan kita yang sering sibuk di sekolah bahkan terkadang sampai pulang malam tidak sempat berkumpul bersama keluarga sekarang bisa merasakan kebersamaan walaupun tugas tidak henti-hentinya." Paparnya mengenai kelebihan dari pembelajaran daring. 

"Tapi tetap saja ada kekurangannya, yaitu kendala kuota apalagi ada beberapa guru yang mau tak mau siswa harus menuruti kemauan mereka dengan memakai aplikasi boros kuota," sambungnya tentang kekurangannya. "Lalu kurang bisanya menangkap pelajaran yang diberikan karena sistem yang berbeda membuat kami merasa belum siap hingga akhirnya banyak pelajaran yang tidak dimengerti. Belum lagi masalah kemalasan jika sudah bertemu dengan kasur." Ungkap WP dengan tambahan tawa 'wkwkwkwk'. 

Sebuah celetukan di twitter dan meme mengatakan "Kampus lockdown, Tugas smackdown, mahasiswa down, kuota sekarat ilmu tak dapat"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun