Mohon tunggu...
Dea Andrea
Dea Andrea Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Halo! Nama saya Dea. Saya adalah seorang penulis lepas (freelance writer). Sebagai seorang penulis, saya memiliki ketertarikan untuk terus mengembangkan kemampuan saya di bidang kepenulisan kreatif, konten web, riset, translasi bahasa dan SEO. Selama sebulan terakhir saya fokus dalam pengembangan penulisan blog pribadi saya, di mana alamatnya dapat Anda akses pada link website di bawah. Bagi saya, menjadi seorang penulis membutuhkan kreativitas, kedisiplinan dan ketertarikan untuk memberikan dampak positif kepada para pembaca melalui kata-kata sebagai medium. Apabila Anda memiliki ketertarikan untuk bekerja sama dengan saya, jangan ragu dan jangan bimbang! Segera hubungi saya untuk menyelesaikan proyek Anda. Terima kasih telah mempertimbangkan saya sebagai pilihan Anda, semoga kita dapat segera bekerja sama. Blog saya dapat Anda akses pada alamat berikut https://dayhere.online

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

5 Metode Parenting dan Efeknya Terhadap Perkembangan Anak

27 Juli 2023   10:26 Diperbarui: 27 Juli 2023   10:37 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Migs Reyes @ pexels.com -  Metode parenting yang diterapkan orang tua sangat mempengaruhi perilaku anak di masa depan.

KOMPASIANA - Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menderita. Setiap keluarga memiliki cara dalam mendukung tumbuh kembang anak, dan setiap metode tersebut memiliki nilai positif dan negatif tersendiri. Saat dewasa, cara kita menghadapi suatu masalah dipengaruhi pula oleh bagaimana parenting orang tua mendidik kita saat kecil. 

Tanpa kita sadari, sikap orang tua yang membatasi maupun membebaskan anak dalam berperilaku memberikan dampak yang signifikan saat kita dewasa. Kira-kira apa saja metode parenting orang tua yang dapat kita kenali? Yuk, simak pembahasannya berikut. 

1. Authoritarian Parenting (Diktator) 

Orang tua yang menerapkan metode diktator dalam mendidik anak, cenderung memiliki sikap yang banyak melarang anak melakukan hal yang mereka sukai dan memaksanya untuk patuh. Orang tua melatih kedisiplinan anak dengan keras dan mengesampingkan kebutuhan emosionalnya. 

Biasanya metode ini jarang memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat pilihan sendiri. Metode diktator ini dapat menyebabkan anak tumbuh menjadi pribadi yang sulit membuat keputusan mandiri dan cenderung melakukan apapun yang membuat orang tuanya senang, meskipun ia sendiri tidak bahagia. 

2. Permissive Parenting (Permisif) 

Metode permisif adalah metode dimana orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk bertindak. Orang tua cenderung memanjakan dan menuruti segala keinginan anak, meskipun hal itu tidak baik baginya. 

Cara ini menyebabkan anak tumbuh menjadi pribadi yang egois, tidak dapat mengendalikan emosinya dan cenderung banyak membuat masalah karena tidak dapat membedakan mana yang baik dan benar. 

3. Authoritative Parenting (Otoriter) 

Metode otoriter adalah metode yang paling seimbang dalam membentuk pribadi seorang anak. Namun, metode ini dinilai cukup sulit dilakukan apabila orang tua tidak dapat secara tegas menentukan kapan mereka harus menerapkan disiplin kepada anak.

Metode ini cenderung mendukung sikap orang tua untuk tegas dan disiplin bagi anak dalam membuat keputusan. Orang tua juga didorong untuk memberikan respon positif apabila anak berhasil melakukan sesuatu. Anak yang tumbuh dalam lingkungan orang tua yang menerapkan metode ini akan menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri dan dapat menyalurkan emosinya secara positif di waktu yang tepat. 

Dapat dikatakan, metode ini adalah cara yang paling ideal dalam melibatkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan psikis anak secara positif. Namun, kelemahan dari metode ini adalah sulit diterapkan oleh orang tua yang terlalu sibuk mengejar karir. 

4. Neglectful Parenting (Lalai) 

Dapat dikatakan metode ini memiliki keterlibatan paling minim dalam orang tua mengasuh anak mereka. Biasanya, keluarga yang menerapkan metode ini terdiri dari orang tua yang sibuk bekerja sehingga anak kurang mendapat perhatian. Akibatnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. 

Mereka cenderung meluangkan waktu dengan diri sendiri. Apabila mereka membentuk ikatan dengan orang lain, hubungan yang dijalin cenderung membebaninya. Bahkan, tidak jarang anak terikat dalam hubungan yang toxic. Lambat laun, anak akan semakin menutup diri dan perasaannya dari orang lain. Mereka cenderung memilih untuk melalaikan perasaannya. 

5. Helicopter Parenting (Helikopter) 

Secara umum, metode ini menggambarkan orang tua yang terlalu terlibat dalam setiap aspek terkecil dalam hidup anak. Mereka terlalu cemas anak akan tumbuh menjadi pribadi yang liar, sehingga mereka memburamkan batasan yang kadang dibutuhkan oleh anak. 

Lambat laun anak menjadi pribadi yang bergantung kepada orang lain, ragu untuk mengambil keputusan sendiri, bahkan cenderung menjadi pemberontak. Mereka akan mencoba hidup sebebas-bebasnya, yang tidak didapatkan ketika masih tinggal bersama orang tua mereka. 

Jika kamu meninjau lagi masa kecilmu dan membandingkannya dengan kehidupanmu saat dewasa, kira-kira kamu pernah tumbuh dalam lingkungan pola pengasuhan yang mana? 

Satu hal yang menjadi catatan adalah kondisimu saat ini bukan sepenuhnya kesalahanmu. Bagaimana pola asuh orang tua turut membentuk kepribadianmu saat ini. Jadi, janganlah menyalahkan dirimu apabila kamu menyadari memiliki banyak kekurangan. 

Teruslah berkembang menjadi pribadi yang lebih baik demi dirimu sendiri dan juga anakmu di masa depan. Nah, jika suatu saat kamu menjadi orang tua, metode manakah yang akan kamu gunakan untuk mengasuh anakmu kelak? ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun