Mohon tunggu...
Dea Ananda Putra Sitorus
Dea Ananda Putra Sitorus Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Malikussaleh

Mahasiswa Pertanian Universitas Malikussaleh Provinsi Aceh. Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Seperti) Mata Tuham

28 November 2024   23:31 Diperbarui: 28 November 2024   23:55 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang lebih indah dari dua mata yang indah, dengan 1 pasang kaca tersemat di kedua mata, tak ada yang mampu menandingi kekuatan tenangnya jika dilihat, semua tampak cerah habis paling dari matanya.

Apa itu masalah?, apa itu rintangan?, semuanya terlewati dan semuanya luntur, lelah hilang tak teratur, karena sorotan mata itu yang melebur, tak ada penat dan letih, semua habis terkubur, hanyut dalam tatap, yang tenang tak terukur.

Melihat itu bagai sebuah kaca, yang hanya tembus tak memantulkan cahaya, tak terlihat isinya, tapi bersinar ruang di kepalanya, mampu melarikan gurau sendanya, untuk sandar pikiran orang yang di cinta.

Hembusan angin pun hampir setara, dengan dinginnya sorot mata, tak hilang dan selalu berbekas pada aksara, semua ini nyata dan benar ada, tak terbilang apa yang ada, tapi sejujurnya, memang dingin dan begitu nyaman Dimata.

Sekali tatap itu tajam tak percaya, siapa yang mampu mengeluarkan dusta, tapi nyatanya jujur pun membuatnya tak percaya, jika ada di sudut dunia, hamparan bukit berbaris di Utara, hijaunya membuat gemerlap mata, langitnya menguatkan raga, udaranya menghangatkan jiwa. Itulah yang terlukis dalam tatapnya.

 anehnya, tak perlu jauh sampai ke Utara, semua ada didalam matanya, semua berpadu bagai lukisan yang tenang, tak ada dua walaupun ratusan bentuk dibariskan sejajar, tetapi  itulah pemenangnya.

Penulis : Dea Ananda Putra Sitorus 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun