Budaya 'senggol bacok' semakin melekat di kalangan masyarakat kota, apalagi mereka yang bekerja/tinggal di Jakarta. Kemacetan tiada akhir ditambah lelahnya seharian bekerja terkadang membuat hal-hal kecil seolah menjadi masalah yang sangat besar. Tingkat agresivitas meningkat. Apalagi mereka yang menggunakan transportasi umum untuk pulang atau menuju tempat kerja, semua orang yang lelah ingin beristirahat seolah berkumpul menjadi satu. Kesalahpahaman atau cek cok tidak bisa dihindari.
Hanya karena kesalahpahaman yang tidak seberapa, ditambah tubuh yang sangat lelah, membuat banyak orang lebih memilih untuk adu mulut dibandingkan memaklumi bahwa semua orang sama-sama ingin sampai rumah secepat mungkin. Mencoba untuk tetap senyum dan lebih sabar ketika berhadapan dengan situasi yang rasanya bikin mau marah ke semua orang sepertinya masih sulit kita terapkan. Padahal kalo dilakukan, tidak cuma menentramkan diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Waktu itu saya ke salah satu mini market di Stasiun Manggarai. Begitu masuk terdengar suara mbak kasir yang menyapa dengan sangat nyaring, memberikan ucapan selamat datang. Nada nya terdengar sangat ceria. Sambil memasukkan barang ke dalam kantung plastik, mbak kasir tidak pernah lupa menyapa pembeli yang masuk. Saat mengantri, saya memperhatikan mbak yang terlihat terus tersenyum.Â
"Ada lagi kak?" "Ada kak pulsanya, sebentar saya cek dulu ya kak" "terima kasih!"
Mbak ini berbicara dengan sangat ramah, ceria, seolah baru memulai hari dengan energi full. Saya tersentuh setiap kali mbak ini memberikan kantong belanjaan dan menatap mata setiap pembeli sambil mengucapkan terima kasih. Melihat keceriaan dan semangat mbak kasir membuat saya tiba-tiba merasa ikut bersemangat, padahal tadinya badan rasanya mau rontok. Tau kan kalo energi positif itu sangat bisa menular? begitupun energi negatif. Empat orang pembeli didepan saya ikut tersenyum saat mbak kasir memberikan senyuman ikhlas dan mengucapkan terima kasih. Semudah itu membagikan keceriaan dan menyalurkan energi yang positif bagi orang lain.Â
Contoh lainnya saat saya naik ojeg online sambil menikmati macetnya Jakarta. Seperti biasa, ada saja orang tidak sabar yang mengendarai motor/mobil seenaknya dan tentu merugikan pengendara lainnya. Malam itu seorang pengendara motor ingin memotong jalan kami sehingga membuat pengendara ojeg yang saya naiki terkejut. Bukannya marah dan melontarkan kata kasar, pengendara ojeg yang saya naiki malah memberikan senyuman kepada pengendara motor yang seenaknya memotong jalan kami dan mempersilahkan motor tersebut. Apa yang terjadi? Pengendara tadi ikut tersenyum dan menampilkan wajah tidak enak kepada kami. Akhirnya kami terhindar dari emosi marah yang tidak perlu. Lebih menyejukkan. Tubuh sudah lelah buat apa menambah beban stres?
Ada baiknya kita semua belajar memahami situasi, apalagi saat berhadapan dengan orang banyak. Tahan ego. Bukan hanya kepentingan sendiri yang perlu didahulukan, setiap orang juga punya kesibukan dan kelelahan masing-masing. Menyebarkan senyuman dan energi positif memberikan dampak yang sangat baik bagi diri sendiri dan orang lain.
Mari tersenyum, kita semua sama-sama menghadapi hari yang sulit, jangan semakin di persulit.Â
Kita kan negara dengan penduduk yang murah senyum :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H