Mohon tunggu...
Dewi Nur Jannah
Dewi Nur Jannah Mohon Tunggu... -

State Islamic University Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mengatasi Masalah Tanpa Masalah dengan Bimbingan dan Konseling

22 Februari 2016   09:49 Diperbarui: 22 Februari 2016   09:59 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Era modern seperti sekarang ini menawarkan berbagai perubahan yang sangat pesat dari segala aspek kehidupan, gaya hidup, teknologi, pola pikir, bahkan perilaku. Secara tidak sadar setiap individu dituntut untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dari berbagai aspek pula. Rumitnya tuntutan kehidupan membuat permasalahan demi permasalahan timbul mengiringi setiap perubahan yang terjadi. Permasalahan kehidupan tidak timbul begitu saja secara sederhana. Permasalahan kehidupan sangatlah kompleks. Berawal dari permasalahan yang timbul dari diri sendiri, lalu berkembang menjadi permasalahan keluarga, kemudian menjadi masalah dalam pekerjaan. Tidak hanya sebatas masalah pekerjaan saja. Seorang siswa yang masih duduk di bangku sekolah pun tak bisa lepas dari yang namanya permasalahan. Masalah  antar teman, masalah yang timbul karena gurunya, atau bahkan dari keluarganya. Sekarang ini tak jarang kita temui ada perkelahian siswa di sana-sini. Hal itu muncul karena adanya sebuah permasalahan yang kemudian diekspresikan atau diluapkan demi memperoleh sebuah kepuasan batin dengan cara seperti itu.

Di sekolah-sekolah, fungsi bimbingan dan konseling seringkali hanya sebatas menangani anak-anak nakal yang bermasalah saja. Padahal ada hal yang lebih penting lagi daripada hanya menangani anak-anak yang bermasalah seperti itu saja. Kita tidak bisa menyalahkan murid yang berbuat salah, jika dari gurunya saja tidak ada penanaman karakter yang kuat sehingga anak tidak membuat hal-hal yang tidak diinginkan. Di sinilah peran penting guru Bimbingan dan Konseling dalam menanamkan karakter pada siswa. Walaupun tugas ini bukan hanya sebuah tugas untuk guru Bimbingan dan Konseling saja. Semua guru pun wajib menanamkan karakter yang baik pada siswanya. Tapi hal ini menjadi PR besar bagi guru Bimbingan dan Konseling yang tugasnya memang spesial dalam membimbing dan menjadi tempat konsultasi bagi siswa.

Berbicara masalah bimbingan dan konseling, sebenarnya hal ini tidak hanya berlaku bagi anak-anak sekolahan saja. Akan tetapi kita yang sudah dewasa pun memerlukan yang namanya bimbingan dan konseling untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sedang kita hadapi. Beragamnya permasalahan yang dihadapi oleh seseorang baik ringan ataupun berat, jika dibiarkan akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi sang empunya masalah. Mengabaikan masalah hingga akhirnya tidak memperoleh penanganan yang tepat juga dapat mengganggu da mengancam kesehatan fisik bahkan mental. Menurunnya nafsu makan, susah tidur, mudah marah, bahkan sampai stres merupakan contoh kecil akibat masalah yang dihadapi seorang individu. Dengan demikian konseling sangat dibutuhkan sebagai media perantara yang dapat membantu mengatasi berbagai macam permasalahan kehidupan.

Menurut Rogers (dikutip dari Lesmana, 2005) mengartikan konseling sebagai hubungan membantu di mana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan atau konflik yang dihadapi dengan lebih baik. Rogers (1971) mengartikan “bantuan” dalam konseling adalah dengan menyediakan kondisi, sarana, dan ketrampilan yang membuat klien dapat membantu dirinya sendiri dalam memenuhi rasa aman, cinta, harga diri, membuat keputusan, dan aktualisasi diri. Memberika bantuan juga mencakup kesediaan konselor untuk mendengarkan perjalanan hidup klien baik masa lalunya, harapan-harapan, keinginan yang tidak terpenuhi, kegagalan yang dialami, trauma, dan konflik yang sedang dihadapi klien.

Dari pendapat Rogers tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwasannya seorang konselor bukanlah seorang penemu titik terang dari masalah yang dihadapi kliennya, namun seorang konselor hanyalah seorang pemberi stimulus dalam penyelesaian masalah yang dihadapi oleh klien. Jadi setiap orang berhak untuk menemukan dan mengatasi masalahnya sendiri tanpa campur tangan orang lain, walaupun untuk menemukan jalan keluarnya membutuhkan bantuan dari orang lain.

Demikian sedikit tulisan yang dapat saya sajikan, semoga bermanfa’at untuk kita semua J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun