Bulan Kesehatan Gigi Nasional 12 September – 19 N0vember 2014:
93 JUTA LEBIH PENDUDUK INDONESIA MENDERITA KARIES AKTIF
Hari ini, dimulai kembali Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) ke V, yang difokuskan di Indonesia Timur. Kegiatan yang tahun ini digelar melibatkan 18 Fakultas Kedokteran Gigi di seluruh Indonesia mulai 12 September hingga 19 November 2014. BKGN tahun ini ditargetkan dapat menjangkau 20.000 masyarakat Indonesia dengan melibatkan lebih dari 4000 tenaga kesehatan gigi. Apa yang melatarbelakangi BKGN ini ??
Tentunya masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia yang sudah masuk 10 besar penyakit masyarakat. Wow...!! dan tentunya bukan karena syair lagu dangdut di bawah ini.......
“ ......... daripada sakit hati
lebih baik sakit gigi ini
biar tak mengapa
rela rela, rela aku relakan 2x...” (Meggy Z).
Masalah terbesar yang dihadapi saat ini di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (caries dentis) di samping penyakit gusi. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi misalnya pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor berikut.
Faktor predisposisi yang juga cukup berpengaruh terhadap terjadinya Karies Gigi adalah: Jenis Kelamin, usia, perilaku makan, perilaku membersihkan mulut (gosok gigi dll). Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.
BAGAIMANA KONDISI KARIES GIGI DI INDONESIA??
Hasil analisis sederhana deskriptif penderita karies gigi dan faktor-faktornya di Indonesia diambil dari sumber Riskesdas tahun 2007-2013 dan Pusdatin serta Badan PPSDM. Update data terakhir tahun 2013. Menurut Riskesdas 2013 terjadi peningkatan prevalensi terjadinya karies aktif pada penduduk Indonesia dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4 % (2007) menjadi 53,2 % (2013). Suatu peningkatan yang cukup tinggi jika dilihat dari kacamata besaran kesehatan masyarakat. Terlebih jika kita konversikan ke dalam jumlah absolut penduduk Indonesia. Data estimasi olahan Pusdatin tentang penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 176.689.336 jiwa. Dari sejumlah itu jika hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi 53,2 % mengalami karies aktif karies yg belum ditangani atau belum dilakukan penambalan / Decay (D) > 0 tertangani), maka di Indonesia terdapat 93.998.727 jiwa yang menderita karies aktif.
WOW.... 93 Juta Jiwa lebih menderita Karies Aktif ......!!
Sebuah jumlah yang fantastis dalam status kesehatan masyarakat di
Indonesia, karena hampir separuh penduduk di Indonesia. Bersaing dengan masalah Gizi Kurang/Buruk pada Balita dalam konteks ‘Problem Magnitute’nya. Secara diagram perbandingan prevalensi karies aktif th 2007 – 2013 berdasarkan provinsi terlihat pada gambar NO.1.
Dari gambaran NO.1 terlihat bahwa hampir semua provinsi mengalami kenaikan prevalensi karies aktif dari tahun 2007 ke tahun 2013, hanya 4 provinsi yang mengalami penurunan, yaitu: Maluku Utara, Papua Barat, Jogjakarta dan Riau. Peningkatan tertinggi terdapat pada provinsi Sulawesi Selatan (29,1 %) dan Lampung (23,6 %), yaitu 2 kali lebih peningkatan Nasional (9,8%). Lihat gambar NO.2.
Selanjutnya bila ditinjau dari kelompok umur (menurut WHO) penderita karies aktif terjadi peningkatan pula prevalensinya dari tahun 2007 ke tahun 2013, dengan peningkatan terbesar pada usia 12 tahun (13,7%) dan 65 tahun lebih (14,3%). Sedangkan pola tren kenaikannya mempunyai kecenderungan yang mirip sama, yaitu terjadi penurunan prevalensi pada titik kulminasi 44 tahun. Lebih jelas bisa dilihat pada gambar NO.3
Apabila disandingkan dengan perilaku menggosok gigi pada masyarakat Indonesia, terlihat bahwa terjadi peningkatan proporsi penduduk yang menggosok giginya SETIAP HARI dari tahun 2007 sebesar 91,1 % menjadi 93,8 % tahun 2013. Akan tetapi jika dilihat ‘CARA GOSOK GIGI DG BENAR’ ternyata selain proporsinya kecil, juga terjadi penurunan, yaitu dari tahun 2007 sebesar 7,3 % menjadi 2,3 % di tahun 2013.
WOW.... Berarti 91,5 % (161 juta lebih) asal gosok gigi meski tiap hari..... !! oooo.....Makanya!!!
Dari gambaran tsb terlihat bahwa penurunan proporsi “cara sikat gigi yang benar” dari tahun 2007 ke tahun 2013 terjadi di semua provinsi. Penurunan yang sangat drastis terjadi di Provinsi Kepri (15,4 %) dan Provinsi Papua barat (14,7%) yang besarnya 3-4 kali lipat dari proporsi Nasional (5 %). Keadaan yang demikian ini merupakan tantangan berat buat sejawat Promkes atau dokter gigi, mengapa bisa terjadi demikian.
BAGAIMANA KONDISI DOKTER GIGI DI PUSKESMAS ?