Mohon tunggu...
djarot tri wardhono
djarot tri wardhono Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Bercita dapat memberi tambahan warna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona, Takut Disalahkan dan Perilaku Asertif

16 Maret 2020   15:30 Diperbarui: 16 Maret 2020   15:21 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perilaku asertif boleh dikatakan berada di antara kedua perilaku di atas, dimana perilaku ini mengungkapkan perasaan, minat pendapat, pikiran secara bijaksana, adil, penuh keyakinan dan bertanggung jawab, dengan memperhatikan hak orang lain serta kesetaraannya. Dengan kata lain, asertif menceriminkan ketegasan dan keberanian berpendapat dengan menghormati dan peka terhadap kondisi orang lain sehingga diharapkan tercapai titik temu yang saling menguntungkan.

***

Kembali pada perasaan yang takut disalahkan atas keputusan yang di ambil menunjukkan bahwa terdapat orang-orang yang berperilaku agresif yang di lingkungan masyarakat.

Mereka melakukan tindakan negatif bahkan kadang juga melakukan intimidasi kepada pembuat keputusan. Di sisi lain, pembuat kewenangan ini dihinggapi dengan perilaku submisif sehingga ia akan berusaha untuk mencari dukungan terhadap keputusannya. Dukungan tersebut, diharapkan apabila disalahkan bahkan dipojokkan ada tempat bersandar dan tempat berlindung.

Dalam kasus penyebaran virus corona ini, seperti yang kita pahami dari dua korban dan hanya dalam hitungan lebih kurang sepekan menjadi lebih dari seratus.

Kondisi ini memerlukan penanganan yang cepat. Hal ini memerlukan tindakan yang asertif sehingga terdapat ketegasan dalam membuat keputusan. Bahwa keputusan itu dikritik bahkan dihujat, sang pembuat keputusan dengan yakin dan percaya diri menyampaikan bahwa keputusan itu tepat dan dapat meyakinkan semua pihak. Kemampuan untuk membentuk perilaku asertif, memerlukan suatu proses pembelajaran.

Proses pembelajaran ini dapat didukung dengan kondisi sosial budaya, pendidikan, serta yang paling mendasar adalah pola asuh di keluarga. Keluarga sebagai tempat bersosialiasi sejak dini, yang akan ditemui oleh individu sejak awal.

Dalam keluarga, perlu diajarkan bagaimana anak berhubungan interpersonal dengan orang lain melalui komunikasi efektif. Selain itu juga diajarkan bagaimana menahan emosi dengan mengekspresikan emosi secara positif dengan perasaan dan pujian, sehingga anak-anak dan berkembang menjadi individu asertif.

Corona dan penanganannya dijadikan sarana belajar secara komprehensif untuk tidak saling menyalahkan. Tindakan saling menghargai dan yakin bahwa  penanganan virus ini dilakukan secara terpadu, efisien dan bahu membahu melalui koordinasi yang efektif. 

Pembangunan karakter asertif dapat dimulai dari sejak dini. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan generasi asertif yang kuat, egaliter, saling menghargai dan yang terpenting dapat menghadapi situasi darurat dengan tenang dan percaya diri serta tidak saling menyalahkan.

Gambir, 16 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun